Minggu, 16 Januari 2011

Kalimat Dasar Bahasa Indonesia

Dalam berbahasa baik secara lisan maupun tulisan, seseorang tidak menggunakan kata-kata secara lepas. Seseorang akan menggunakan kata-kata yang terangkai sesuai dengan kaidah dan aturan yang berlaku sehingga terbentuklah sebuah rangkaian kata-kata yang dapat mengungkapkan perasaan dan maksud seseorang. Rangkaian kata-kata tersebut dinamakan kalimat.

Kalimat adalah kumpulan kata – kata yang memiliki arti. Kalimat merupakan suatu bahasa yang terdiri dari dua kata atau lebih yang mempunyai suatu pengertian dan pola intonasi akhir. Di dalam sebuah kalimat terdapat unsur-unsur kalimat. Di dalam kalimat harus memiliki sekurang-kurangnya dua unsur kalimat yaitu Subjek (S) dan Predikat (P).


1. Subjek

Subjek adalah unsur yang melakukan tindakan / kerjaan dalam suatu kalimat. Subjek sering disebut sebagai pokok kalimat dan merupakan unsur inti dari suatu kalimat.

Ciri-ciri subjek :

a. Biasanya subjek berupa kata benda atau kata lain yang dibendakan.

b. Untuk mencari subjek dalam suatu kalimat dapat diajukan pertanyaan dengan kata “siapa” dan “apa”

Contoh :

Niko bermain basket.

Pertanyaan : Siapa yang bermain basket?

Jawab : Niko

c. Disertai kata ini, itu dan tersebut

Contoh : Lelaki itu telah melukai hatiku.

d. Didahului kata bahwa

e. Tidak didahului preposisi

f. Mempunyai keterangan pewatas yang


2. Predikat

Predikat adalah unsur kata kerja. Predikat merupakan unsur inti kalimat untuk menerangkan subjek.

Ciri-ciri predikat :

a. Biasanya berupa kata kerja atau kata sifat

b. Untuk mencari predikat dalam kalimat dapat diajukan pertanyaan dengan kata tanya “mengapa” dan “bagaimana”

c. Menimbulkan pertanyaan “apa” dan “siapa”

d. Disertai kata adalah dan merupakan

e. Dapat disertai keterangan aspek (telah, sudah, sedang, belum, dan akan) dan modalitas (ingin,hendak dan mau)

f. Dapat didahului kata yang

Contoh :

Nina menyiram tanaman.


3. Objek

Objek adalah unsur yang dikenai kerja oleh subjek. Objek merupakan keterangan predikat yang erat hubungannya dengan predikat.

Ciri-ciri objek :

a. Biasanya terletak di belakang predikat

b. Dalam kalimat pasif objek menduduki posisi subjek

c. Terdiri dari dua macam yaitu :

1) Objek penderita

Objek penderita adalah kata benda atau yang dibendakan baik berupa kata atau kelompok kata yang merupakan sasaran langsung dari perbuatan atau tindakan yang dinyatakan oleh subjek.

Makna objek penderita :

a. Penderita

Contoh : Rino menggarap ladang.

b. Penerima

Contoh : Ibu mencuci celana adik.

c. Tempat

Contoh : Kami berlibur ke Pulau Tidung.

d. Alat

Contoh : Dino menendang bola ke arah Banu.

e. Hasil

Contoh : Mahasiswa menngerjakan tugas mata kuliah bahasa Indonesia.

2) Objek Penyerta

Objek penyerta adalah objek yang menyertai subjek dalam melakukan atau mengalami sesuatu.

Makna objek penyerta :

1. Penderita

Contoh : Ayah membelikan saya sepatu baru.

2. Hasil

Contoh : Rani membuatkan Hana secangkir kopi.


4. Pelengkap

Pelengkap adalah unsur yang melengkapi kalimat yang tak berobjek.

Ciri-ciri pelengkap :

a. Terletak di belakang predikat

b. Hasil jawaban dari predikat dengan pertanyaan apa


5. Keterangan

Keterangan adalah unsur kalimat yang dapat diubah-ubah posisinya. Keterangan mempunyai hubungan yang renggang dengan predikat.

Jenis-jenis keterangan :

1. Keterangan tempat

Contoh : Saya akan pergi ke Bali.

2. Keterangan alat

Contoh : Ayah memukul maling dengan kayu.

3. Keterangan waktu

Contoh : Qory menonton TV pukul 9 malam.

4. Keterangan tujuan

Contoh : Adik harus rajin belajar supaya pintar.

5. Keterangan penyerta

Contoh : Merry pergi karaoke bersama Betty.

6. Keterangan cara

Contoh : Kerjakanlah tugas itu dengan teliti.

7. Keterangan similatif

Contoh : Pak Doni berbicara di rapat sebagai ketua panita

8. Keterangan sebab

Contoh : Inung tidak masuk kuliah karena sakit.


Pola-pola Kalimat Dasar

1. Kalimat dasar berpola SPO (Subjek – Predikat – Objek)
2. Kalimat dasar berpola SPPel (Subjek – Predikat – Pelengkap)
3. Kalimat dasar berpola SPK (Subjek – Predikat – Keterangan)
4. Kalimat dasar berpola SPOPel (Subjek-Predikat-Objek-Pelengkap)
5. Kalimat dasar berpola SPOK (Subjek – Predikat – Objek– Keterangan)


Pola-pola kalimat tersebut juga dapat disusun berdasarkan kata kerja (KK), kata sifat (KS), kata benda (KB) dan kata bilangan (KBil). Berdasarkan penelitian para ahli, pola kalimat dasar dalam bahasa Indonesia adalah sebagai berikut.

1. KB + KK --> Pelukis melukis.

2. KB + KS --> Anak itu cantik.

3. KB + KBil --> Harga buku itu lima puluh ribu.

4. KB + (KD + KB) --> Tinggalnya di Bogor.

5. KB1 + KK + KB2 --> Kami menonton bola.

6. KB1 + KK + KB2 + KB3 --> Ibu mencarikan saya pekerjaan.

7. KB1 + KB2 --> Siti pelajar.


Ketujuh pola kalimat dasar ini dapat diperluas dengan berbagai keterangan dan dapat pula pola-pola dasar itu digabung-gabungkan sehingga kalimat menjadi luas dan kompleks.


Macam-macam kalimat :


1. Kalimat Tunggal

Kalimat tunggal adalah kalimat yang hanya memiliki satu pola atau terdiri dari sebuah pola. Kalimat tunggal terdiri dari tiga macam yaitu :


a. Kalimat Perintah

Kalimat perintah adalah kalimat yang berisikan tentang perintah atau suruhan yang ditujukan kepada orang lain untuk melakukan sesuatu yang diinginkan. Biasanya di akhir kalimat ditambah tanda seru (!).

Contoh :

Dina, tolong ambilkan minumku!


b. Kalimat Berita

Kalimat berita adalah kalimat yang mengandung peristiwa atau kejadian.

Contoh :

Mereka tidak akan pergi ke sekolah


c. Kalimat Tanya

Kalimat tanya adalah kalimat yang mengandung suatu permintaan supaya kita mengetahui (diberi tahu) tentang sesuatu yang belum diketahui.

Contoh :

Dimanakah kamu saat ini?


2. Kalimat Majemuk

Kalimat majemuk adalah kalimat yang terdiri dari lebih dari satu pola dasar atau kalimat tunggal yang menimbulkan pola baru. Kalimat majemuk terdiri dari ;


a. Kalimat majemuk setara

Kalimat majemuk setara adalah gabungan dua kalimat tunggal atau lebih yang mempunya hubungan antara pola-pola kalimatnya.


b. Kalimat majemuk bertingkat

Kalimat majemuk bertingkat adalah suatu kalimat tunggal yang salah satu bagiannya diperluas untuk memerpoleh pola baru atau gabungan dua atau lebih kalimat tunggal yang dimana kedudukan dari masing-masing kalimat tidak setara.


c. Kalimat majemuk campuran

Kalimat majemuk campuran adalah kalimat yang terdiri dari unsur inti dan dua unsur bawahan atau sebaliknya.






Sumber :

http://serlykeguruan.blogspot.com/2009/10/unsur-kalimat-bahasa-indonesia-salam.html

http://www.scribd.com/doc/23773891/UNSUR-UNSUR-KALIMAT

http://bilikide.blogspot.com/2009/11/unsur-kalimat.html

http://lecturer.ukdw.ac.id/othie/PengertianKalimat.pdf

Jumat, 14 Januari 2011

Kerangka karangan

Kerangka karangan merupakan rencana penulisan yang memuat garis-garis besar dari suatu karangan yang akan digarap, dan merupakan rangkaian ide-ide yang disusun secara sistematis, logis, jelas, terstruktur, dan teratur; pokok-pokok yang akan dibicarakan; pedoman bagi pembaca untuk mengetahui isi suatu karangan.




MANFAAT KERANGKA KARANGAN

a. Untuk menjamin penulisan bersifat konseptual, menyeluruh, dan terarah



b. Untuk menyusun karangan secara teratur.

Kerangka karangan membantu penulis untuk melihat gagasan-gagasan dalam sekilas pandang, sehingga dapat dipastikan apakah susunan dan hubungan timbal-balik antara gagasan-gagasan itu sudah tepat, apakah gagasan-gagasan itu sudah disajikan dengan baik, harmonis dalam perimbangannya.



c. Memudahkan penulis menciptakan klimaks yang berbeda-beda. Setiap tulisan dikembangkan menuju ke satu klimaks tertentu. Namun sebelum mencapai klimaks dari seluruh karangan itu, terdapat sejumlah bagian yang berbeda-beda kepentingannya terhadap klimaks utama tadi. Tiap bagian juga mempunyai klimaks tersendiri dalam bagiannya. Supaya pembaca dapat terpikat secara terus menerus menuju kepada klimaks utama, maka susunan bagian-bagian harus diatur pula sekian macam sehingga tercapai klimaks yang berbeda-beda yang dapat memikat perhatian pembaca.



d. Menghindari penggarapan topik dua kali atau lebih. Ada kemungkinan suatu bagian perlu dibicarakan dua kali atau lebih, sesuai kebutuhan tiap bagian dari karangan itu. Namun penggarapan suatu topik sampai dua kali atau lebih tidak perlu, karena hal itu hanya akan membawa efek yang tidak menguntungkan; misalnya, bila penulis tidak sadar betul maka pendapatnya mengenai topik yang sama pada bagian terdahulu berbeda dengan yang diutarakan pada bagian kemudian, atau bahkan bertentangan satu sama lain. Hal yang demikian ini tidak dapat diterima. Di pihak lain menggarap suatu topik lebih dari satu kali hanya membuang waktu, tenaga, dan materi. Kalau memang tidak dapat dihindari maka penulis harus menetapkan pada bagian mana topik tadi akan diuraikan, sedangkan di bagian lain cukup dengan menunjuk kepada bagian tadi.



e. Memudahkan penulis mencari materi pembantu.

Dengan mempergunakan rincian-rincian dalam kerangka karangan penulis akan dengan mudah mencari data-data atau fakta-fakta untuk memperjelas atau membuktikan pendapatnya. Atau data dan fakta yang telah dikumpulkan itu akan dipergunakan di bagian mana dalam karangannya itu.




Bila seorang pembaca kelak menghadapi karangan yang telah siap, ia dapat menyusutkan kembali kepada kerangka karangan yang hakekatnya sama dengan apa yang telah dibuat penggarapnya. Dengan penyusutan ini pembaca akan melihat wujud, gagasan, struktur, serta nilai umum dari karangan itu. Kerangka karangan merupakan miniatur atau prototipe dari sebuah karangan. Dalam bentuk miniatur ini karangan tersebut dapat diteliti, dianalisis, dan dipertimbangkan secara menyelurih, bukan secara terlepas-lepas.




POLA SUSUNAN KERANGKA KARANGAN

a. Pola Alamiah

Susunan atau pola alamiah adalah suatu urutan unit-unit kerangka karangan sesuai dengan keadaan yang nyata di alam. Sebab itu susunan alamiah dapat dibagi lagi menjadi tiga bagian utama, yaitu berdasar urutan ruang, urutan waktu, dan urutan topik yang ada.


1) berdasar urutan ruang

2) berdasar urutan waktu

3) berdasar urutan topik yang ada


b. Pola Logis

Pola logis berdasar urutan:


1) klimaks – anti klimaks

2) umum – khusus

3) sebab – akibat

4) Proses

5) dan lain-lain.




SISTEM PENOMERAN KERANGKA KARANGAN

Dalam penomoran Angka dan Abjad dalam Bahasa Indonesia harus diperhatikan beberapa hal berikut yaitu :

1. Romawi Kecil

Penomoran dengan memakai romawi kecil dipakai untuk halaman judul, abstrak, kata pengantar atau prakata, daftar isi, daftar tabel, daftar grafik, daftar singkatan dan lambang.



2. Romawi besar

Angka Romawi besar digunakan untuk menomori tajuk bab (bab pendahuluan, bab teoretis, bab metode dan objek penelitian, bab analisis data, dan bab penutup).



3. Penomoran dengan Angka Arab

Penomoran dengan angka Arab (0―9) dimulai bab I sampai dengan daftar pustaka.



4. Letak Penomoran

Setiap penomoran yang bertuliskan dengan huruf kapital, nomor halaman diletakkan atau berada di tengah-tengah, sedangkan untuk nomor selanjutnya berada di tepi batas (pias) kanan atas.



5. Sistem Penomoran

Sistem penomoran dengan angka arab mempergunakan sistem dijital. Angka terakhir dalam sistem dijital tidak diberikan titik seperti 1.1 Latar Belakang Masalah, 3.2.2 Sejarah dan Perkembangan PT Telkom. Akan tetapi, bila satu angka diberi tanda titik seperti 1. Pendahuluan, 2. Landasan Teori dll. (dalam makalah). Apabila ada penomoran sistem dijital antara angka Arab dengan huruf, harus dicantumkan titik seperti 3.2.2.a. Sistem penomoran pada dasarnya mengikuti kaidah Ejaan yang Disempurnakan.


Sumber :
http://adegustiann.blogsome.com/2009/02/02/membuat-kerangka-karangan/
http://eziekim.wordpress.com/2010/11/14/kerangka-karangan/
purpurin.files.wordpress.com/2008/04/kk-formal.ppt
id.wikipedia.org/wiki/Karangan
ivaa-aksara.org/2009/04/27/kerangka-karangan/
www.anneahira.com/menulis-karangan.htm

Senin, 10 Januari 2011

KUTIPAN DAN DAFTAR PUSTAKA

A. KUTIPAN
1. Definisi Kutipan
Kutipan adalah gagasan, ide, pendapat yang diambil dari berbagai sumber. Proses pengambilan gagasan itu disebut mengutip. Gagasan itu bisa diambil dari kamus, ensiklopedia, artikel, laporan, buku, majalah, internet dan lain sebagainya.
Menurut kamus besar bahasa Indonesia,mengutip adalah mengambil perkataan atau kalimat dari buku atau yang lainnya. Mengutip itu berbeda dengan plagiat. Plagiat adalah mengambil karangan karangan atau pendapat orang lain dan menjadikannya seolah-olah karangan atau pendapat sendiri.
Kalau ternyata terdapat kesalahan dalam teks yang dikutip, penulis dapat memberikan catatan khusus langsung pada teks dengan tanda kurung, lalu diberi tanda’sic’, yakni singkatan dari sicut(latin) yang berarti: memang demikianlah asalnya (tercetak). Atau, sesuai petunjuk dari Depdiknas-PusatBahasa sepertu termuat dalam Buku Pedoman Umum EYD, berikan tanda siku [ ] mengapit kutipan yang ternyata salah itu.

2. Prinsip Kutipan

a. Pengutip tidak boleh mengadakan perubahan, baik kata-katanya maupun tekniknya.Bila penulis terpaksa mengadakan perbaikan, penulis harus memberi keterangan.
Contoh:
‘Tugas bank antara lain adalah memberi pinjam uang.’
Pengutip tahu bahwa dalam kalimat itu ada kata yang salah, namun pengutip tidak boleh memperbaikinya.
Cara memperbaikinya:
1) ‘Tugas bank antara lain memberi pinjam [seharusnya, pinjaman, penulis] uang.’
2) ‘Tugas bank antara lain memberi pinjam [Sic!] uang.’
[Sic!] artinya dikutip sesuai dengan aslinya.

b. Menghilangkan bagian kutipan
Diperkenankan menghilangkan bagian kutipan dengan syarat bahwa penghilangan bagian it tidak menyebabkan perubahan makna.
Cara:
1) menghilangkan bagian kutipan yang kurang dari satu alinea.Bagian yang dihilangkan diganti dengan titik berspasi.
2) menghilangkan bagian kutipan yang lebih dari satu alinea. Bagian yang dihilangkan diganti dengan titik berspasi sepanjang garis (dari margin kiri sampai ke margin kanan).

3. Jenis Kutipan

a. Kutipan langsung (Direct Quotation)
Adalah kutipan yang dilakukan persis seperti sumberaslinya, kata-kata yang digunakan sama seperti bahan aslinya. Kutipan langsung biasanya digunakan untuk hal-hal sebagai berikut:
a. untuk mengutip rumus atau model matematika
b. untuk mengutip peraturan-peraturanhukum, surat keputudsan, surat perintah.
c. untuk mengutip peribahasa, puisi, karyadrama, dan kata-kata mutiara.
d. untuk mengutip beberapa definisi yang dinyatakan dalam kata-kata yang sudah pasti.
e. untuk memgutip beberapa pernyataan ilmiahyang jika dinyatakan dalam bentuk lain dikhawatirkan akan kehilangan maknanya.
Kutipan langsung dibagi menjadi 2,yaitu:
1) kutipan langsung pendek (short direct quotation)
Adalah kutipan langsung yang panjangnya tidakmelebihi tiga baris ketikan. Kutipan yang demikian dimasukkan dalam teks dengan memberikan tanda petik diantara bahan yang dikutip. Kalau kutipan itu perlu dihilangkan beberapa kata atau bagian dari kalimat, maka pada awal kalimat diberi titik tiga buah.
2) kutipan langsung panjang (Long Direct Quotation)
Adalah kutipan langsung yang panjangnya lebih dari tiga baris ketikkan. Kutipan tersebut diberi tempat sendiri, dalam alinea baru yang berdiri sendiri, diketik dengan satu spasi, dan lebar jorokkan kedalam dan kalimat pertama adalah tujuh ketukan huruf dari garis tepi yang baru, sedangkan baris kedua dan seterusnya dimulai sesudah dua ketukan huruf dari garis tepi kiri, serta tidak ditulis antara tanda petik.
b. Kutipan tidak langsung (Indirect Quotation atau paraphrase)
Adalah kutipan yang tidak persis sama seperti bahan aslinya. Kutipan ini merupakan suatu ketikan pokok-pokok pikiran atau ringkasan kesimpulan menurut jalan pikiran dan bahasa pengutip sendiri. Kutipan ini tidak dituliskkan diantara tanda petik, melainkan langsung dimasukkan dalam kalimat atau alinea.
Kutipan tidak langsung dibedakan mennjadi dua,yaitu:
1) kutipan tidak langsung pendek(short indirect quotation)
Adalah kutipan tidak langsung yang terdiri dari satu alinea atau kurang.
2) kutipan tidak langsung panjang(long indirect quotation)
Adalah kutipan tidak langsung yang terdiri lebih dari satu alinea.
4. Teknik Mengutip
1. Kutipan langsung
1) yang tidak lebih dari empat baris :
a. kutipan diintegrasikan dengan teks
b. jarak antar baris kutipan dua spasi
c. kutipan diapit dengan tanda kutip
d. sudah kutipan selesai, langsung di belakang yang dikutip dalam tanda kurung ditulis sumber darimana kutipan itu diambil, dengan menulis nama singkat atau nama keluarga pengarang, tahun terbit, dan nomor halaman tempat kutipan itu diambil.
2) yang lebih dari empat baris :
a. kutipan dipisahkan dari teks sejarak tiga spasi
b. jarak antar kutipan satu spasi
c. kutipan dimasukkan 5-7 ketukan, sesuai dengan alinea teks pengarang atau pengutip. Bila kutipan dimulai dengan alinea baru, maka baris pertama kutipan dimasukkan lagi 5-7 ketukan.
d. kutipan diapit oleh tanda kutip atau diapit tanda kutip.
e. di belakang kutipan diberi sumber kutipan (seperti pada 1).

2. Kutipan tidak langsung
1) kutipan diintegrasikan dengan teks
2) jarak antar baris kutipan spasi rangkap
3) kutipan tidak diapit tanda kutip
4) sesudah selesai diberi sumber kutipan

3. Kutipan pada catatan kaki
Kutipan selalu ditempatkan pada spasi rapat, meskipun kutipan itu singkat saja. Kutipan diberi tanda kutip, dikutip seperti dalam teks asli.

4. Kutipan atas ucapan lisan
Kutipan harus dilegalisir dulu oleh pembicara atau sekretarisnya (bila pembicara seorang pejabat). Dapat dimasukkan ke dalam teks sebagai kutipan langsung atau kutipan tidak langsung.

5. Kutipan dalam kutipan
Kadang-kadang terjadi bahwa dalam kutipan terdapat lagi kutipan.
Dalam hal ini dapat ditempuh dua cara :
1) bila kutipan asli tidak memakai tanda kutip, kutipan dalam kutipan dapat mempergunakan tanda kutip tungggal atau tanda kutip ganda
2) bila kutipan asli memakai tanda kutip, kutipan dalam kutipan mempergunakan tanda kutip ganda. Sebaliknya bila kutipan asli memakai tanda kutip ganda, kutipan dalam kutipan memakai tanda kutip tunggal.

6. Kutipan langsung dalam materi
Kutipan langsung dimulai dengan materi kutipan hinggga perhentian terdekat, (dapat berupa koma, titik koma, atau titik) disusul dengan sisipan penjelas siapa yang berbicara.
Contoh :
“Jelas,” kata Prof. Haryati, ”kosa kata bahasa Indonesia banyak mengambil dari kosa kata bahasa Sansekerta.”

B. DAFTAR PUSTAKA

Menurut Gorys Keraf (1997:213) yang dimaksud dengan bibliografi atau daftar kepustakaan adalah sebuah daftar yang berisi judul buku-buku, artikel-artikel, dan bahan-bahan penerbitan lainnya yang mempunyai pertalian dengan sebuah karangan atau sebagian dan karangan yang tengah digarap.

1. Unsur Daftar Pustaka
Untuk persiapan yang baik agar tidak ada kesulitan dalam penyusunan daftar pustaka/bibliografi itu, tiap penulis harus tahu pokok-pokok mana yang harus dicatat. Pokok yang paling penting yang harus dimasukkan dalam sebuah bibliografi adalah :
1) Nama pengarang, yang dikutip secara lengkap.
2) Judul Buku, termasuk judul tambahannya.
3) Data publikasi : penerbit, tempat terbit, tahun terbit, cetakan ke berapa, nomor jilid, dan tebal(jumlah halaman) buku tersebut.
4) Untuk sebuah artikel diperlukan pula judul artikel yang bersangkutan, nama majalah, jilid, nomor dan tahun.
2. Penyusunan Daftar Pustaka
Penyusunan daftar pustaka dan penunjukannya pada naskah mengikuti salah satu dari tiga sistem berikut :
a. Nama dan Tahun (Name and Year System)
Daftar pustaka disusun secara abjad berdasarkan nama akhir penulis dan tidak dinomori. Penunjukan pada naskah dengan nama akhir penulis diikuti tahun penerbitan.
b. Kombinasi Abjad dan Nomor (Alphabet-Number System)
Pada sistem ini cara penunjukannya dalam naskah adalah dengan memberikan nomor sesuai dengan nomor pada daftar pustaka yang disusun sesuai abjad.
c. Sistem Nomor (Citation Number System)
Kutipan pada naskah diberi nomor berurutan dan susunan daftar pustaka mengikuti urutan seperti tercantum pada naskah dan tidak menurut abjad.
3. Teknik Penulisan
Secara umum daftar pustaka disusun secara alfabet berdasarkan nama akhir penulis setiap buku. Data pustaka diketik dari margin kiri; jika lebih dari satu baris, maka baris kedua dan seterusnya diketik satu spasi dengan jarak 1,2 cm dari margin kiri. Gelar dan titel akademik tidak harus dicantumkan, baik dalam kepustakaan maupun dalam catatan kaki.
Contoh :
Agustian, Ary Ginanjar,.............
Gunawan, Adi W.,.................
Al-Syafi'iy, Muhammad ibn Idris,......................

Nama penulis yang lebih dari satu kata
Nama penulis yang lebih dari satu kata, ditulis nama akhirnya diikuti dengan tanda koma, kemudian nama depan yang diikuti nama tengah dan seterusnya,
Contoh :
Nama : Ary Ginanjar Agustian, ditulis : Agustian, Ary Ginanjar,
Nama : Adi W. Gunawan, ditulis : Gunawan, Adi W.,

Nama penulis yang menggunakan Alif lam ma’rifah (al‐)
Nama penulis yang menggunakan Alif lam ma’rifah (al‐), maka “al” pada nama akhirnya tidak dihitung, yang dihitung adalah huruf sesudahnya,
Contoh:
nama : Muhammad Ibn Idris Al-Syafi'iy diletakkan dalam kelompok huruf S dan ditulis:
Al-Syafi'iy, Muhammad ibn Idris.

Nama penulis yang menggunakan singkatan
Nama penulis yang menggunakan singkatan, ditulis nama akhir yang diikuti tanda koma, kemudian diikuti dengan nama depan lalu nama berikutnya,
Contoh :
Nama : William D. Ross Jr, ditulis : Ross, W.D. Jr.




Sumber :
http://www.sentra-edukasi.com/2009/10/definisi-cara-menulis-kutipan.html?utm_source=feedburner&utm_medium=feed&utm_campaign=Feed:+Gentong_OfficialWeblog+(GenToNG+++^_^)+++Official+Weblog)
http://pandidikan.blogspot.com/2010/04/pengertian-dan-cara-dalam-mengambil.html
http://ati.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/18343/Kutipan.ppt
http://www.scribd.com/doc/36537268/Penyusunan-Daftar-Pustaka
http://www.gsfaceh.com/buku/jenis_jenis_penelitian/teknik-penulisan-bibliografi.pdf
Wahyu, Tri R.N.2006. Bahasa Indonesia. Jakarta : Universitas Gunadarma.

Recent Post