Minggu, 28 November 2010

Majas (gaya bahasa)

A. Majas/ Gaya Bahasa

Majas adalah cara menampilkan diri dalam bahasa. Menurut Prof. Dr. H. G. Tarigan bahwa majas adalah cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis. Unsur kebahasaan antara lain: pilihan kata, frase, klausa, dan kalimat. Menurut Goris Keraf, sebuah majas dikatakan baik bila mengandung tiga dasar, yaitu: kejujuran, sopan santun, dan menarik.

Gaya bahasa dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok, yaitu:
1. Gaya bahasa perulangan
A. Aliterasi

Aliterasi ialah sejenis gaya bahasa yang berwujud perulangan konsonan pada suatu kata atau beberapa kata, biasanya terjadi pada puisi.

Contoh: Kau keraskan kalbunya

Bagai batu membesi benar

Timbul telangkai bertongkat urat

Ditunjang pengacara petah pasih

B. Asonansi

Asonansi ialah sejenis gaya bahasa refetisi yang berjudul perulangan vokal, pada suatu kata atau beberapa kata. Biasanya dipergunakan dalam puisi untuk mendapatkan efek penekanan.

Contoh: Segala ada menekan dada

Mati api di dalam hati

Harum sekuntum bunga rahasia

Dengan hitam kelam

C. Antanaklasis

Antanaklasis ialah sejenis gaya bahasa yang mengandung perulangan kata dengan makna berbeda.

Contoh: Karena buah penanya itu menjadi buah bibir orang.

D. Kiasmus

Kiasmus ialah gaya bahasa yang berisikan perulangan dan sekaligus merupakan inversi atau pembalikan susunan antara dua kata dalam satu kalimat.

Contoh: Ia menyalahkan yang benar dan membenarkan yang salah.

E. Epizeukis

Epizeukis ialah gaya bahasa perulangan yang bersifat langsung. Maksudnya kata yang dipentingkan diulang beberapa kali berturut-turut.

Contoh: Ingat kami harus bertobat, bertobat, sekali lagi bertobat.

F. Tautotes

Tautotes ialah gaya bahasa perulangan yang berupa pengulangan sebuah kata berkali-kali dalam sebuah konstruksi.

Contoh: Aku adalah kau, kau adalah aku, kau dan aku sama saja.

G. Anafora

Anafora ialah gaya bahasa repetisi yang merupakan perulangan kata pertama pada setiap baris atau kalimat.

Contoh: Kucari kau dalam toko-toko.

Kucari kau karena cemas karena sayang.

Kucari kau karena sayang karena bimbang.

Kucari kau karena kaya mesti diganyang.

H. Epistrofa (efifora)

Epistrofa ialah gaya bahasa repetisi yang berupa perulangan kata pada akhir baris atau kalimat berurutan.

Contoh: Ibumu sedang memasak di dapur ketika kau tidur.

Aku mencercah daging ketika kau tidur.

I. Simploke

Simploke ialah gaya bahasa repetisi yang berupa perulangan awal dan akhir beberapa baris (kalimat secara berturut-turut).

Contoh: Ada selusin gelas ditumpuk ke atas. Tak pecah.

Ada selusin piring ditumpuk ke atas. Tak pecah.

Ada selusin barang lain ditumpuk ke atas. Tak pecah.

J. Mesodiplosis

Mesodiplosis ialah gaya bahasa repetisi yang berupa pengulangan kata atau frase di tengah-tengah baris atau kalimat secara berturut-turut.

Contoh: Pendidik harus meningkatkan kecerdasan bangsa.

Para dokter harus meningkatkan kesehatan masyarakat.

K. Epanalepsis

Epanalepsis ialah gaya bahasa repetisi yang berupa perulangan kata pertama pada akhir baris, klausa, atau kalimat.

Contoh: Saya akan berusaha meraih cita-cita saya.

L. Anadiplosis

Anadiplosis ialah gaya bahasa repetisi yang kata atau frase terakhir dari suatu kalimat atau klausa menjadi kata atau frase pertama pada klausa atau kalimat berikutnya.

Contoh: Dalam raga ada darah

Dalam darah ada tenaga

Dalam tenaga ada daya

Dalam daya ada segalanya

2. Gaya bahasa perbandingan
Perumpamaan

Perumpamaan ialah padanan kata atau simile yang berarti seperti. Secara eksplisit jenis gaya bahasa ini ditandai oleh pemakaian kata: seperti, sebagai, ibarat, umpama, bak, laksana, serupa.

Contoh: Seperti air dengan minyak.
Metafora

Metafora ialah gaya bahasa yang membandingkan dua hal secara implisit.

Contoh: Aku adalah angin yang kembara.
Personifikasi

Personifikasi ialah gaya bahasa yang melekatkan sifat-sifat insani pada barang atau benda yang tidak bernyawa ataupun pada ide yang abstrak.

Contoh: Bunga ros menjaga dirinya dengan duri.
Depersonifikasi

Depersonifikasi ialah gaya bahasa yang melekatkan sifat-sifat suatu benda tak bernyawa pada manusia atau insan. Biasanya memanfaatkan kata-kata: kalau, sekiranya, jikalau, misalkan, bila, seandainya, seumpama.

Contoh: Kalau engkau jadi bunga, aku jadi tangkainya.
Alegori

Alegori ialah gaya bahasa yang menggunakan lambang-lambang yang termasuk dalam alegon antara lain:

Fabel, contoh: Kancil dan Buaya

Parabel, contoh: Cerita Adam dan Hawa
Antitesis

Antitesis ialah gaya bahasa yang mengandung gagasan-gagasan yang bertentangan.

Contoh: Dia gembira atas kegagalanku dalam ujian.
Pleonasme dan Tautologi

Pleonasme adalah penggunaan kata yang mubazir yang sebesarnya tidak perlu. Contoh: Capek mulut saya berbicara.

Tautologi adalah gaya bahasa yang menggunakan kata atau frase yang searti dengan kata yang telah disebutkan terdahulu. Contoh: Apa maksud dan tujuannya datang ke mari?
Perifrasis

Perifrasis ialah gaya bahasa yang dalam pernyataannya sengaja menggunakan frase yang sebenarnya dapat diganti dengan sebuah kata saja.

Contoh: Wita telah menyelesaikan sekolahnya tahun 1988 (lulus).
Antisipasi (prolepsis)

Antisipasi ialah gaya bahasa yang dalam pernyataannya menggunakan frase pendahuluan yang isinya sebenarnya masih akan dikerjakan atau akan terjadi.

Contoh: Aku melonjak kegirangan karena aku mendapatkan piala kemenangan.
Koreksio (epanortosis)

Koreksio ialah gaya bahasa yang dalam pernyataannya mula-mula ingin menegaskan sesuatu. Namun, kemudian memeriksa dan memperbaiki yang mana yang salah.

Contoh: Silakan Riki maju, bukan, maksud saya Rini!

3. Gaya bahasa pertentangan
Hiperbola

Hiperbola ialah gaya bahasa yang mengandung pernyataan yang berlebih-lebihan baik jumlah, ukuran, ataupun sifatnya dengan tujuan untuk menekan, memperhebat, meningkatkan kesan dan pengaruhnya.

Contoh: Pemikiran-pemikirannya tersebar ke seluruh dunia.
Litotes

Litotes ialah majas yang berupa pernyataan yang bersifat mengecilkan kenyataan yang sebenarnya.

Contoh: Apa yang kami berikan ini memang tak berarti buatmu.
Ironi

Ironi ialah gaya bahasa yang berupa pernyataan yang isinya bertentangan dengan kenyataan yang sebenarnya.

Contoh: Bagus benar rapormu Bar, banyak merahnya.
Oksimoron

Oksimoron ialah gaya bahasa yang berupa pernyataan yang di dalamnya mengandung pertentangan dengan menggunakan kata-kata yang berlawanan dalam frase atau dalam kalimat yang sama.

Contoh: Olahraga mendaki gunung memang menarik walupun sangat membahayakan.
Paronomosia

Paronomasia ialah gaya bahasa yang berupa pernyataan yang berisi penjajaran kata-kata yang sama bunyinya, tetapi berlainan maknanya.

Contoh: Bisa ular itu bisa masuk ke sel-sel darah.
Zeugma dan Silepsis

Zeugma ialah gaya bahasa yang menggunakan dua konstruksi rapatan dengan cara menghubungkan sebuah kata dengan dua atau lebih kata lain. Dalam zeugma kata yang dipakai untuk membawahkan kedua kata berikutnya sebenarnya hanya cocok untuk salah satu dari padanya.

Contoh: Kami sudah mendengar berita itu dari radio dan surat kabar.

Dalam silepsis kata yang dipergunakannya itu secara gramatikal benar, tetapi kata tadi diterapkan pada kata lain yang sebenarnya mempunyai makna lain.

Contoh: Ia sudah kehilangan topi dan semangatnya.
Satire

Satire ialah gaya bahasa sejenis argumen atau puisi atau karangan yang berisi kritik sosial baik secara terang-terangan maupun terselubung.

Contoh: Jemu aku dengan bicaramu.

Kemakmuran, keadilan, kebahagiaan

Sudah sepuluh tahun engkau bicara

Aku masih tak punya celana

Budak kurus pengangkut sampah
Inuendo

Inuendo ialah gaya bahasa yang berupa sindiran dengan mengecilkan kenyataan yang sebenarnya.

Contoh: Dia memang baik, cuma agak kurang jujur.
Antifrasis

Antifrasis ialah gaya bahasa yang berupa pernyataan yang menggunakan sebuah kata dengan makna kebalikannya. Berbeda dengan ironi, yang berupa rangkaian kata yang mengungkapkan sindiran dengan menyatakan kebalikan dari kenyataan, sedangkan pada antifrasis hanya sebuah kata saja yang menyatakan kebalikan itu.

Contoh Antifrasis: Lihatlah sang raksasa telah tiba (maksudnya si cebol).

Contoh ironi: Kami tahu bahwa kau memang orang yang jujur sehingga tak ada satu orang pun yang percaya padamu.
Paradoks

Paradoks ialah gaya bahasa yang mengandung pertentangan yang nyata dengan fakta-fakta yang ada.

Contoh: Teman akrab adakalanya merupakan musuh sejati.
Klimaks

Klimaks ialah gaya bahasa yang berupa susunan ungkapan yang makin lama makin mengandung penekanan atau makin meningkat kepentingannya dari gagasan atau ungkapan sebelumnya.

Contoh: Hidup kita diharapkan berguna bagi saudara, orang tua, nusa bangsa dan negara.
Anti klimaks

Antiklimaks ialah suatu pernyataan yang berisi gagasan-gagasan yang disusun dengan urutan dari yang penting hingga yang kurang penting.

Contoh: Bahasa Indonesia diajarkan kepada mahasiswa, siswa SLTA, SLTP, dan SD.
Apostrof

Apostrof ialah gaya bahasa yang berupa pengalihan amanat dari yang hadir kepada yang tidak hadir.

Contoh: Wahai dewa yang agung, datanglah dan lepaskan kami dari cengkraman durjana.
Anastrof atau inversi

Anastrof ialah gaya bahasa retoris yang diperoleh dengan membalikkan susunan kata dalam kalimat atau mengubah urutan unsur-unsur konstruksi sintaksis.

Contoh: Diceraikannya istrinya tanpa setahu saudara-saudaranya.
Apofasis

Apofasis ialah gaya bahasa yang berupa pernyataan yang tampaknya menolak sesuatu, tetapi sebenarnya justru menegaskannya.

Contoh : Sebenarnya saya tidak sampai hati mengatakan bahwa anakmu kurang ajar.
Histeron Proteran

Histeron Proteran ialah gaya bahasa yang isinya merupakan kebalikan dari suatu yang logis atau kebalikan dari sesuatu yang wajar.

Contoh : Jika kau memenangkan pertandingan itu berarti kematian akan kau alami.
Hipalase

Hipalase ialah gaya bahasa yang berupa sebuah pernyataan yang menggunakan kata untuk menerangkan suatu kata yang seharusnya lebih tepat dikarenakan kata yang lain.

Contoh: Ia duduk pada bangku yang gelisah.
Sinisme

Sinisme ialah gaya bahasa yang merupakan sindiran yang berbentuk kesangsian yang mengandung ejekan terhadap keikhlasan atau ketulusan hati.

Contoh: Anda benar-benar hebat sehingga pasir di gurun sahara pun dapat Anda hitung.
Sarkasme

Sarkasme ialah gaya bahasa yang mengandung sindiran atau olok-olok yang pedas atau kasar.

Contoh: Kau memang benar-benar bajingan.


4. Gaya bahasa pertautan
Metonimia

Metonimia ialah gaya bahasa yang menggunakan nama barang, orang, hal, atau ciri sebagai pengganti barang itu sendiri.

Contoh: Parker jauh lebih mahal daripada pilot.
Sinekdoke

Sinekdoke ialah gaya bahasa yang menyebutkan nama sebagian sebagai nama pengganti barang sendiri.

Contoh Sinekdoke pars pro toto: Lima ekor kambing telah dipotong pada acara itu.

Contoh Sinekdoke totem pro parte: Dalam pertandingan itu Indonesia menang satu lawan Malaysia.
Alusio

Alusia ialah gaya bahasa yang menunjuk secara tidak langsung ke suatu pristiwa atau tokoh yang telah umum dikenal/ diketahui orang.

Contoh: Apakah peristiwa Madiun akan terjadi lagi di sini?
Eufimisme

Eufimisme ialah ungkapan yang lebih halus sebagai pengganti ungkapan yang dirasa lebih kasar yang dianggap

merugikan atau yang tidak menyenangkan.

Contoh: Tunasusila sebagai pengganti pelacur.
Eponim

Eponim ialah gaya bahasa yang menyebut nama seseorang yang begitu sering dihubungkan dengan sifat tertentu

sehingga nama itu dipakai untuk menyatakan sifat itu.

Contoh: Dengan latihan yang sungguh saya yakin Anda akan menjadi Mike Tyson.
Antonomasia

Antonomasia ialah gaya bahasa yang berupa pernyataan yang menggunakan gelar resmi atau jabatan sebagai

pengganti nama diri.

Contoh: Kepala sekolah mengundang para orang tua murid.
Epitet

Epitet ialah gaya bahasa yang berupa keterangan yang menyatakan sesuatu sifat atau ciri yang khas dari

seseorang atau suatu hal.

Contoh: Putri malam menyambut kedatangan remaja yang sedang mabuk asmara.
Erotesis

Erotesis ialah gaya bahasa yang berupa pertanyaan yang tidak menuntut jawaban sama sekali.

Contoh: Tegakah membiarkan anak-anak dalam kesengsaraan?
Paralelisme

Paralelisme ialah gaya bahasa yang berusaha menyejajarkan pemakaian kata-kata atau frase-frase yang

menduduki fungsi yang sama dan memiliki bentuk gramatikal yang sama.

Contoh: + Bukan saja perbuatan itu harus dikutuk, tetapi juga harus diberantas.

- Bukan saja perbuatan itu harus dikutuk, tetapi juga harus memberantasnya (Ini contoh yang tidak baik).
Elipsis

Elipsis ialah gaya bahasa yang di dalamnya terdapat penanggalan atau penghilangan salah satu atau beberapa

unsur penting dari suatu konstruksi sintaksis.

Contoh: Mereka ke Jakarta minggu lalu (perhitungan prediksi).

Pulangnya membawa oleh-oleh banyak sekali (Penghilangan subyek).

Saya sekarang sudah mengerti ( Penghilangan obyek).

Saya akan berangkat (penghilangan unsur Keterangan).

Mari makan!(penghilangan subyek dan obyek).
Gradasi

Gradasi ialah gaya bahasa yang mengandung beberapa kata (sedikitnya tiga kata) yang diulang dalam konstruksi itu.

Contoh: Kita harus membangun, membangun jasmani dan rohani, rohani yang kuat dan tangguh, dengan ketangguhan itu kita maju.
Asindeton

Asindenton ialah gaya bahasa yang berupa sebuah kalimat atau suatu konstruksi yang mengandung kata-kata yang sejajar, tetapi tidak dihubungkan dengan kata-kata penghubung.

Contoh: Ayah, ibu, anak merupakan inti dari sebuah keluarga.
Polisindeton

Polisindenton ialah gaya bahasa yang berupa sebuah kalimat atau sebuah konstruksi yang mengandung kata-kata yang sejajar dan dihubungkan dengan kata-kata penghubung.

Contoh: Pembangunan memerlukan sarana dan prasarana juga dana serta kemampuan pelaksa



sumber :
http://endonesa.wordpress.com/lentera-sastra/majas/

Resensi

Pengertian Resensi
Resensi berasal dari bahasa Latin, yaitu dari kata kerja revidere atau recensere. Artinya melihat kembali, menimbang, atau menilai. Arti yang sama untuk istilah itu dalam bahasa Belanda dikenal dengan recensie, sedangkan dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah review. Tiga istilah itu mengacu pada hal yang sama, yakni mengulas buku. Tindakan meresensi dapat berarti memberikan penilaian, mengungkap kembali isi buku, membahas, atau mengkritik buku. Dengan pengertian yang cukup luas itu, maksud ditulisnya resensi buku tentu menginformasikan isi buku kepada masyarakat luas.
Kamus Umum Bahasa Indonesia mengartikan resensi sebagai ”Pertim-bangan atau pembicaraan buku, ulasan buku”Gorys Keraf mendefinisikan resensi sebagai ”Suatu tulisan atau ulasan mengenai nilai sebuah hasil karya atau buku” (Keraf, 2001 : 274). Dari pengertian tersebut muncul istilah lain dari kata resensi yaitu kata pertimbangan buku, pembicaraan buku, dan ulasan buku. Intinya membahas tentang isi sebuah buku baik berupa fiksi maupun nonfiksi. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut penulis menyimpulkan bahwa resensi adalah tulisan ilmiah yang membahas isi sebuah buku, kelemahan, dan keunggulannya untuk diberitahukan kepada masyarakat pembaca.

Sistematika Resensi

Sistematika resensi atau bagian-bagian resensi dikenal juga dengan istilah unsur resensi. Unsur yang membangun sebuah resensi menurut Samad (1997 : 7-8) adalah sebagai berikut: (1) judul resensi; (2) data buku; (3) pembukaan; (4) tubuh resensi; dan (5) penutup. Penjelasan tentang bagian-bagian tersebut penulis kemukakan berikut ini.

a) Judul Resensi

Judul resensi harus menggambarkan isi resensi. Penulisan judul resensi harus jelas, singkat, dan tidak menimbulkan kesalahan penafsiran. Judul resensi juga harus menarik sehingga menimbulkan minat membaca bagi calon pembaca. Sebab awal keinginan membaca seseorang didahului dengan melihat judul tulisan. Jika judulnya menarik maka orang akan membaca tulisannya. Sebaliknya, jika judul tidak menarik maka tidak akan dibaca. Namun perlu diingat bahwa judul yang menarik pun harus sesuai dengan isinya. Artinya, jangan sampai hanya menulis judulnya saja yang menarik, sedangkan isi tulisannya tidak sesuai, maka tentu saja hal ini akan mengecewakan pembaca.

b) Data Buku

Secara umum ada dua cara penulisan data buku yang biasa ditemukan dalam penulisan resensi di media cetak antara lain:

a. Judul buku, pengarang (editor, penyunting, penerjemah, atau kata pengantar), penerbit, tahun terbit, tebal buku, dan harga buku.

b. Pengarang (editor, penyunting, penerjemah, atau kata pengantar, penerbit, tahun terbit, tebal buku, dan harga buku.

c) Pendahuluan

Bagian pendahuluan dapat dimulai dengan memaparkan tentang pengarang buku, seperti namanya, atau prestasinya. Ada juga resensi novel yang pada bagian pendahuluan ini memperkenalkan secara garis besar apa isi buku novel tersebut. Dapat pula diberikan berupa sinopsis novel tersebut.

d) Tubuh Resensi

Pada bagian tubuh resensi ini penulis resensi (peresensi) boleh mengawali dengan sinopsis novel. Biasanya yang dikemukakan pokok isi novel secara ringkas. Tujuan penulisan sinopsis pada bagian ini adalah untuk memberi gambaran secara global tentang apa yang ingin disampaikan dalam tubuh resensi. Jika sinopsisnya telah diperkenalkan peresensi selanjutnya mengemukakan kelebihan dan kekurangan isi novel tersebut ditinjau dari berbagai sudut pandang—tergantung kepada kepekaan peresensi.

e) Penutup

Bagian akhir resensi biasanya diakhiri dengan sasaran yang dituju oleh buku itu. Kemudian diberikan penjelasan juga apakah memang buku itu cocok dibaca oleh sasaran yang ingin dituju oleh pengarang atau tidak. Berikan pula alasan-alasan yang logis.

Unsur-unsur Resensi

Daniel Samad (1997: 7-8) menyebutkan unsur-unsur resensi adalah sebagai berikut:

1. Membuat judul resensi

Judul resensi yang menarik dan benar-benar menjiwai seluruh tulisan atau inti tulisan, tidakharus ditetapkan terlebih dahulu. Judul dapat dibuat sesudah resensi selesai. Yang perlu diingat, judul resensi selaras dengan keseluruhan isi resensi.




2. Menyusun data buku

Data buku biasanya disusun sebagai berikut:

a. judul buku (Apakah buku itu termasuk buku hasil terjemahan. Kalau demikian, tuliskan judul aslinya);

b. pengarang (Kalau ada, tulislah juga penerjemah, editor, atau penyunting seperti yang tertera pada buku);
c. penerbit;
d. tahun terbit beserta cetakannya (cetakan ke berapa);
e. tebal buku;
f. harga buku (jika diperlukan).

3. Membuat pembukaan
Pembukaan dapat dimulai dengan hal-hal berikut ini:

a. memperkenalkan siapa pengarangnya, karyanya berbentuk apa saja, dan prestasi apa saja yang diperoleh;
b. membandingkan dengan buku sejenis yang sudah ditulis, baik oleh pengarang sendiri maupun oleh pengarang lain;
c. memaparkan kekhasan atau sosok pengarang;
d. memaparkan keunikan buku;
e. merumuskan tema buku;
f. mengungkapkan kritik terhadap kelemahan buku;
g. mengungkapkan kesan terhadap buku;
h. memperkenalkan penerbit;
i. mengajukan pertanyaan;
j. membuka dialog.




4. Tubuh atau isi pernyataan resensi buku

Tubuh atau isi pernyataan resensi biasanya memuat hal-hal di bawah ini:

a. sinopsis atau isi buku secara bernas dan kronologis;

b. ulasan singkat buku dengan kutipan secukupnya;

c. keunggulan buku;

d. kelemahan buku;

e. rumusan kerangka buku;

f. tinjauan bahasa (mudah atau berbelit-belit)

g. adanya kesalahan cetak.

5. Penutup resensi buku
Bagian penutup, biasnya berisi buku itu penting untuk siapa dan mengapa.



Sumber :
http://www.elvinmiradi.com/topik/pengertian+resensi.html
http://barnas.wordpress.com/2008/07/23/berita-terkini-gusdur-ancam-boikot-pemilu-2009/
http://jajawilsa.blogspot.com/2009/05/pengertian-resensi.html
http://gurumuda.com/bse/meresensi-buku-pengetahuan#more-9195

Resensi

Minggu, 31 Oktober 2010

Paragraf / Alinea

Pengertian Paragraf
Paragraf adalah suatu bagian dari bab pada sebuah karangan atau karya ilmiah yang mana cara penulisannya harus dimulai dengan baris baru. Paragraf dikenal juga dengan nama lain alinea. Paragraf dibuat dengan membuat kata pertama pada baris pertama masuk ke dalam (geser ke sebelah kanan) beberapa ketukan atau spasi. Demikian pula dengan paragraf berikutnya mengikuti penyajian seperti paragraf pertama.
- Syarat sebuah paragraf
Di setiap paragraf harus memuat dua bagian penting, yakni :
1. Kalimat Pokok
Biasanya diletakkan pada awal paragraf, tetapi bisa juga diletakkan pada bagian tengah maupun akhir paragraf. Kalimat pokok adalah kalimat yang inti dari ide atau gagasan dari sebuah paragraf. Biasanya berisi suatu pernyataan yang nantinya akan dijelaskan lebih lanjut oleh kalimat lainnya dalam bentuk kalimat penjelas.
2. Kalimat Penjelas
Kalimat penjelas adalah kalimat yang memberikan penjelasan tambahan atau detail rincian dari kalimat pokok suatu paragraf.
- Bagian-Bagian Suatu Paragraf yang Baik
A. Terdapat ide atau gagasan yang menarik dan diperlukan untuk merangkai keseluruhan tulisan.
B. Kalimat yang satu dengan yang lain saling berkaitan dan berhubungan dengan wajar.

Macam-macam Paragraf
Ada 5 macam paragraf:
1. Narasi: paragraf yang menceritakan suatu kejadian atau peristiwa.
Ciri-cirinya: ada kejadian, ada palaku, dan ada waktu kejadian.
Contoh:
Anak itu berjalan cepat menuju pintu rumahnya karena merasa khawatir seseorang akan memergoki kedatangannya. Sedikit susah payah dia membuka pintu itu. Ia begitu terkejut ketika daun pintu terbuka seorang lelaki berwajah buruk tiba-tiba berdiri di hadapannya. Tanpa berpikir panjang ia langsung mengayunkan tinjunya ke arah perut lelaki misterius itu. Ia semakin terkejut karena ternyata lelaki itu tetap bergeming. Raut muka lelaki itu semakin menyeramkan, bagaikan seekor singa yang siap menerkam. Anak itu pun memukulinya berulang kali hingga ia terjatuh tak sadarkan diri.

2. Deskripsi: paragraf yang menggambarkan suatu objek sehingga pembaca seakan bisa melihat, mendengar, atau merasa objek yang digambarkan itu. Objek yang dideskripsikan dapat berupa orang, benda, atau tempat.
Ciri-cirinya: ada objek yang digambarkan
Contoh:
Perempuan itu tinggi semampai. Jilbab warna ungu yang menutupi kepalanya membuat kulit wajanya yang kuning nampak semakin cantik. Matanya bulat bersinar disertai bulu mata yang tebal. Hidungnya mancung sekali mirip dengan para wanita palestina.

3. Eksposisi: paragraf yang menginformasikan suatu teori, teknik, kiat, atau petunjuk sehingga orang yang membacanya akan bertambah wawasannya.
Ciri-cirinya: ada informasi
Contoh:
Bahtsul masail sendiri merupakan forum diskusi keagamaan yang sudah mendarah daging di pesantren. Di dalamnya, dibahas persoalan-persoalan masyarakat yang membutuhkan tinjauan keagamaan secara ilmiah, rinci, dan terukur. Perlu diketahui pula bahwa sebagian besar topik yang muncul didasarkan atas laporan, aduan, atau keluhan masyarakat tentang persoalan agama, sosial, budaya, hingga ekonomi. Bisa dikatakan bahwa bahtsul masail sesungguhnya merupakan cara khas pesantren untuk menyuarakan aspirasi masyarakat melalui perspektif agama.

4. Argumentasi: paragraf yang mengemukakan suatu pendapat beserta alasannya.
Ciri-cirinya: ada pendapat dan ada alasannya.
Contoh:
Keberhasilan domain itu memang tidak mudah diukur. Sebab, domain tersebut menyangkut hal yang sangat rumit, bahkan terkait dengan ''meta penampilan" siswa yang kadang-kadang tidak kelihatan. Membentuk karakter manusia memang membutuhkan pengorbanan, sebagaimana yang dilakukan negara-negara maju seperti Jepang, Singapura, dan Malaysia. Mereka bisa maju karena memiliki banyak orang pintar dan berkarakter.

5. Persuasi: paragraf yang mengajak, membujuk, atau mempengaruhi pembaca agar melakukan sesuatu.
Ciri-cirinya: ada bujukan atau ajakan untuk berbuat sesuatu
Contoh:
Sebaiknya pemerintah melakukan penghematan. Selama ini, pemerintah boros dengan cara tiap tahun membeli ribuan mobil dinas baru serta membangun kantor-kantor baru dan guest house. Pemerintah juga selalu menambah jumlah PNS tanpa melakukan perampingan, membeli alat tulis kantor (ATK) secara berlebihan, dan sebagainya. Padahal, dana yang dimiliki tidak cukup untuk itu.
Syarat Paragraf
1. Kepaduan Paragraf
Dalam merangkai kalimat di haruskan untuk mencapai kepaduan sehingga bertalian secara logis dan padu. Oleh Karena itu agar kalimat kalimat bertahan secara logis dan padu , gunakanlah kata penghubung.
2. Kesatuan Paragraf
Yang dimaksud kesatuan adalah tiap paragraf hanya mengandung satu pokok pikiran yang diwujudkan dalam kalimat utama. Hal ini terbagi atas dua , yaitu paragraf deduktif , yang merupakan kalimat utama diletakkan di awal paragraf sedangkan paragraf deduktif adalah kalimat utama diletakkan di akhir paragraf.
3. Kelengkapan Paragraf
Kelengkapan paragraf dikatakan lengkap apabila di dalamnya terdapat kalimat-kalimat penjelas secara lengkap untuk menunjukkan pokok pikiran atau kalimat utama. Ciri-ciri kalimat penjelas adalah berupa rincian , keterangan , contoh , dan lain-lain.


Sumber :
http://organisasi.org/pengertian_paragraf_alinea_dan_bagian_dari_paragraf_bahasa_indonesia
http://basasin.blogspot.com/2009/06/macam-macam-paragraf.html
http://jhonyirwanto.blogspot.com/2009/12/bahasa-indonesia-paragraf-alinea.html
http://denimulya.blogspot.com/2009/12/makalah-alinea_23.html

Kalimat Efektif

Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mewakili gagasan pembicara atau penulis serta dapat diterima maksudnya/arti serta tujuannya seperti yang di maksud penulis /pembicara. Kalimat dikatakan efektif apabila berhasil menyampaikan pesan, gagasan, perasaan, maupun pemberitahuan sesuai dengan maksud si pembicara atau penulis. Dalam hal ini hendaknya dipahami pula bahwa situasi terjadinya komunikasi juga sangat berpengaruh. Kalimat yang dipandang cukup efektif dalam pergaulan, belum tentu dipandang efektif jika dipakai dalam situasi resmi, demikian pula sebaliknya. Misalnya kalimat yang diucapkan kepada tukang becak, “Berapa, Bang, ke pasar Rebo?” Kalimat tersebut jelas lebih efektif daripada kalimat lengkap, “Berapa saya harus membayar, Bang, bila saya menumpang becak Abang ke pasar Rebo?”
Dalam suatu kalimat efektif harus terdapat beberapa hal berikut ;
1. KESATUAN GAGASAN
Memiliki subyek,predikat, serta unsur-unsur lain ( O/K) yang saling mendukung serta membentuk kesaruan tunggal.
Di dalam keputusan itu merupakan kebijaksanaan yang dapat membantu keselamatan umum.
Kalimat ini tidak memiliki kesatuan karena tidak didukung subyek. Unsur di dalam keputusan itu bukanlah subyek, melainkan keterangan. Ciri bahwa unsur itu merupakan keterangan ditandai oleh keberadaan frase depan di dalam (ini harus dihilangkan)
2. KESEJAJARAN
Memiliki kesamaan bentukan/imbuhan.
Jika bagian kalimat itu menggunakan kata kerja berimbuhan di-, bagian kalimat yang lainnya pun harus menggunakan di- pula.
Kakak menolong anak itu dengan dipapahnya ke pinggir jalan.
Kalimat tersebut tidak memiliki kesejajaran antara predikat-predikatnya. Yang satu menggunakan predikat aktif, yakni imbuhan me-, sedang yang satu lagi menggunakan predikat pasif, yakni menggunakan imbuhan di-.
Kalimat itu harus diubah :
1. Kakak menolong anak itu dengan memapahnya ke pinggir jalan
2. Anak itu ditolong kakak dengan dipapahnya ke pinggir jalan.
3. KEHEMATAN
Kalimat efektif tidak boleh menggunakan kata-kata yang tidak perlu. Kata-kata yang berlebih. Penggunaan kata yang berlebih hanya akan mengaburkan maksud kalimat.
Bunga-bunga mawar, anyelir, dan melati sangat disukainya.
Pemakaian kata bunga-bunga dalam kalimat di atas tidak perlu. Dalam kata mawar,anyelir,dan melati terkandung makna bunga.
Kalimat yang benar adalah:
Mawar,anyelir, dan melati sangat disukainya.
4. PENEKANAN
Kalimat yang dipentingkan harus diberi penekanan.
Caranya:
 Mengubah posisi dalam kalimat, yakni dengan cara meletakkan bagian yang penting di depan kalimat.
Contoh :
1. Harapan kami adalah agar soal ini dapat kita bicarakan lagi pada kesempatan
lain
2. Pada kesempatan lain, kami berharap kita dapat membicarakan lagi soal ini.
 Menggunakan partikel; penekanan bagian kalimat dapat menggunakan partikel –lah, -pun, dan –kah.
Contoh :
1. Saudaralah yang harus bertanggung jawab dalam soal itu.
2. Kami pun turut dalam kegiatan itu.
3. Bisakah dia menyelesaikannya?
 Menggunakan repetisi, yakni dengan mengulang-ulang kata yang dianggap penting.
Contoh :
Dalam membina hubungan antara suami istri, antara guru dan murid, antara orang tua dan anak, antara pemerintah dan rakyat, diperlukan adanya komunikasi dan sikap saling memahami antara satu dan lainnya.
 Menggunakan pertentangan, yakni menggunakan kata yang bertentangan atau berlawanan makna/maksud dalam bagian kalimat yang ingin ditegaskan.
Contoh :
1. Anak itu tidak malas, tetapi rajin.
2. Ia tidak menghendaki perbaikan yang sifatnya parsial, tetapi total dan
menyeluruh.
5. KELOGISAN
Kalimat efektif harus mudah dipahami. Dalam hal ini hubungan unsur-unsur dalam kalimat harus memiliki hubungan yang logis/masuk akal.
Contoh :
Waktu dan tempat saya persilakan.
Kalimat ini tidak logis/tidak masuk akal karena waktu dan tempat adalah benda mati yang tidak dapat dipersilakan. Kalimat tersebut harus diubah misalnya ;
Bapak penceramah, saya persilakan untuk naik ke podium.

Sumber :
http://readone82.blogdetik.com/2009/08/26/kalimat-efektif/
http://komunitasmahasiswa.info/2009/02/ciri-ciri-kalimat-efektif/
http://wawan-junaidi.blogspot.com/2010/04/kalimat-efektif.html

Minggu, 17 Oktober 2010

Unsur dan Pola Kalimat

Kalimat adalah sekumpulan kata yang memiliki makna.kalimat memiliki suatu pola yang digunakan untuk merangkai kata demi kata sehingga mudah dimengerti. Untuk dapat merangkai kata dengan baik kita harus memahami unsur-unsur kalimat serta pola yang digunakan. Berikut akan saya bahas mengenai unsur-unsur kalimat.
• Subjek adalah unsur yang melakukan suatu tindakan atau kerja dalam suatu kalimat.
• Predikat adalah sebagai unsur kata kerja.
• Objek adalah unsur yang dikenai pekerjaan oleh subjek.
• Keterangan adalah suatu penjelas. Dapat berupa keterangan waktu, tempat, dll.
• Pelengkap adalah unsur yang melengkapi kalimat tak berobjek.
Contoh ; Adik menangis tersedu-sedu.

a. Kalimat Tunggal
Adalah kalimat yang hanya memiliki satu pola atau terdiri dari sebuah pola. Pola yang paling sederhana adalah subjek dan predikat. Namun dapat juga ditambah denan unsur lain.
Contoh; Adik tidur.
Ibu makan nasi.
Tono makan nasi di kamar mandi.
Kalimat tunggal dibedakan atas 3 yaitu kalimat perintah, kalimat berita dan kalimat tanya.
a.1 Kalimat perintah
Adalah kalimat yang berisikan perintah kepada orang lain. Biasanya diakhiri dengan tanda seru(!).
contoh; Jaka, tolong ambilakan taplak!
a.2 Kalimat Berita
Adalah kalimat yang mengandung kejadian atau peristiwa.
Sifat kalimat berita:
- Langsung
Contoh: “Aku akan pergi kepasar sekarang”,kata Ari.
- Tidak langsung
Contoh: Saya bertemu Ari di depan tukang taplak tadi pagi.
a.3 Kalimat Tanya
Adalah kalimat yang mengandung pertanyaan.
Contoh: Dimanakah kamu saat ini?
Apa yang kamu beli di pasar?
b. Kalimat Majemuk
Adalah kalimat yang terdiri dati satu pola kalimat dasar yang menimbulkan pola baru. Terdiri dari dua kalimat atau lebih.
Contoh ; - Jaka anak tukang taplak itu menerima hadiah.
- Ibu memasak sambil bernyanyi.
Sifat kalimat majemuk
- Kalimat majemuk setara
- Kalimat majemuk bertingkat
- Kalimat majemuk campuran




Sumber:
http://www.scribd.com/doc/23773891/UNSUR-UNSUR-KALIMAT
http://d3ptzz.kandangbuaya.com/2010/01/02/pemeriksa-struktur-kalimat-dasar-bahasa-indonesia/

Minggu, 10 Oktober 2010

Ragam Bahasa

Mungkin sebagian dari kita sering mendengar kata tersebut, tapi apakah kita tahu dan mengerti apa yang dimaksud dengan ragam bahasa dan bagaimana penggunaanya dalam keseharian? Saya akan membahas sedikit hal yang saya ketahui guna menambah pengetahuan kita tentang bahasa. Berikut pembahasannya.
Ragam bahasa adalah suatu bahasa yang digunakan sebagai alat komunikasi dan dipakai dalam berbagai keperluan yang tidak seragam tetapi berbeda-beda disesuaikan dengan situasi dan kondisi, atau suatu keanekaragaman penggunaan bahasa Indonesia. Ragam bahasa berdasarkan pokok pembicaraan dibedakan atas:
• Ragam bahasa undang-undang
• Ragam bahasa jurnalistik
• Ragam bahasa ilmiah
• Ragam bahasa sastra
Dalam prakteknya untuk mengkomunikasikan ragam bahasa dapat dilakukan dengan beberapa cara diantaranya ;
a. Ragam bahasa Lisan
ragam bahasa lisan merupakan cara mengungkapkan ragam bahasa yang dilakukan melalui pengucapan kata. Yang perlu diperhatikan dalam pengkomunikasian ragam bahasa lisan adalah tekanan suara, tinggi rendahnya nada pelafalan kata serta pemilihan kata.
Kelebihan Ragam Bahasa lisan antara lain
Dalam ragam bahasa lisan biasanya didukung oleh bahasa tubuh yang mengiringi dalam pengucapan kata. Bahasa tubuh yang dapat mengiringi ragam bahasa lisan antara lain dengan gerak, mimik, pandangan, anggukan, atau intonasi. Yang membuat ragam bahasa lisan unggul juga dikarenakan bahasa lisan merupakan bahasa yang primer. Selain itu bahasa lisan lebih ekspresif,dimana mimik,intonasi,dan gerakan tubuh dapat bercampur menjadi satu untuk mendukung komunikasi yang dilakukan.
Kelemahan Ragam bahasa lisan:
Dibalik keunggulan ragam bahsa lisan, ragam bahsa lisan juga memiliki kekurangan. Ragam lisan sangat terikat pada kondisi, situasi, ruang dan waktu. Apa yang dibicarakan secara lisan di dalam suatu waktu, hanya akan berarti dan berlaku untuk waktu itu saja.

b. Ragam bahasa tulis
Ragam tulis perlu lebih terang dan lebih lengkap daripada ragam lisan. Fungsi-fungsi gramatikal harus nyata karena ragam tulis tidak mengharuskan orang kedua berada di depan pembicara. Kelengkapan ragam tulis menghendaki agar orang yang “diajak bicara” mengerti isi tulisan itu. Contoh ragam tulis ialah tulisan-tulisan dalam buku, majalah, dan surat kabar.
Berdasarkan media pembicaraan, ragam bahasa dibedakan atas:
1. Ragam lisan yang antara lain meliputi:
o Ragam bahasa cakapan
o Ragam bahasa pidato
o Ragam bahasa kuliah
o Ragam bahasa panggung
2. Ragam tulis yang antara lain meliputi:
o Ragam bahasa teknis
o Ragam bahasa undang-undang
o Ragam bahasa catatan
o Ragam bahasa surat
Ragam hukum Indonesia memiliki cirri-ciri bahasa keilmuan (menurut Moeliono 1974 dalam natabaya 2000) yakni:
1. lugas dan eksak karena menghindari kesamaran dan ketaksaan
2. objektif dan menekan prassangka pribadi
3. memberikan definisi yang cermat tentang nama,sifat,dan katagori yang diselidiki untuk menghindari kesimpangsiuran
4. tidak beremosi dan menjauhi tafsiran yang bersensisi
5. membakukan makna kata-katanya ,ungkapannya,dan gaya paparannya berdasarkan konvensi
misalnya “Artis wanita itu di jerat pasal berlapis”.
Ragam bisnis
Ragam bahasa yang digunakan dalam bisnis yaitu bahasa bisnis.ragam bisnis adalah bahasa yang di digunakan dalam ragam bisnis adalah khas dalam dunia bisnis.
Cirri-ciri yang digunakan dalam ragam bisnis adalah:
1. Bahasa yang digunakan haruslah dimegerti oleh pembisnis lainnya
2. Menggunakan bahasa baku
3. Harus memenuhi kaidah-kaidah dan syarat dalam bahasa Indonesia.
Ragam Bahasa Teknologi dapat dicontohkan,”Blackberry (SmartPhone) yang menyediakan teknologi layanan wi-fi”. Dan selain itu masih banyak lagi contoh lainya.


ref :
http://justhayu.blogspot.com/2010/10/ragam-variasa-bahasa.html
wikipedia.co.id
http://deri.web.id/artikel/variasi-bahasa.aspx
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/10/ragam-variasi-bahasa/

Senin, 04 Oktober 2010

Fungsi dan Kedudukan Bahasa Indonesia

Sampai saat ini secara resmi kedudukan bahasa Indonesia terdiri atas empat, yaitu sebagai bahasa nasional, bahasa persatuan, bahasa Negara dan bahasa resmi. Kehadiran bahasa Indonesia memilki pejalanan panjang untuk tumbuh dan berkembang di bumi nusantara sebagai bahasa nasional. Hal ini dibuktikan dengan prasasti parasasti yang ada di Indonesia misalnya yang terdapat di Talang Tuwo dan Karang Brahi. Hingga pada tanggal 28 oktober 1982 para pemuda Indonesia mencetuskan inspirasi besar yang dikenal dengan sumpah pemuda. Seperti diketahui sebelumnya bahasa yang digunakan di Indonesia sangatlah beragam mulai dari bahasa melayu sampai dengan bahasa daerah dari tiap-tiap daerah di belahan bumi nusantara. Dengan adanya sumpah pemuda, bangsa Indonesia “tersadarkan” bahwa bahasa daerahnya tidak cukup efektif untuk digunakan untuk komunikasi antar suku. Maka digunakanlah bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan.
Sesuai dengan “Hasil Perumusan Seminar Politik Bahasa Nasional” tanggal 25 s.d. 28 Februari 1975 di Jakarta mengemukakan kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara yang juga berfungsi sebagai bahasa resmi kenegaraan, bahasa pengantar resmi di lembaga-lembaga pendidikan, bahasa resmi di dalam perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan serta pemerintah, serta sebagai bahasa resmi di dalam pengembangan kebudayaan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan serta teknologi modern. Keempat fungsi itu merupakan fungsi dasar yang menandai bahwa suatu bahasa dikatakan berkedudukan sebagai bahasa negara. Sementara itu penggunaan pertama bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi adalah denagn digunakannya bahasa Indonesia dalam naskah proklamasi tahun 1945. Sejak saat itu bahasa Indonesia digunakan dalam upacara dan kegiatan negara baik dalam bentuk lisan maupun tertulis.
Jika kita telaah lebih dalam bahasa Indonesia / bahasa secara umum memiliki fungsi beragam dalam kehidupan kita, diantaranya adalah sebagai berikut;
a. Untuk mengungkapkan perasaan
adanya bahasa dapat digunakan untuk mengungkapkan perasaan yang ada baik itu marah, senang sedih dan sebagainya. Bayangkan jika tidak ada bahasa, apa yang bisa dilakukan untuk mengungkapkan perasaan? Tentu terasa hampa hidup ini tanpa bahasa.
b. Sebagai alat komunikasi
Bahasa memiliki fungsi sebagai alat komunikasi baik lisan maupun tulisan. Komunikasi adalah sesuatu yang terjadi pada dua irang atau lebih dimana yang satu sebagai pemberi masukan menggunakan bahasa. Dan dalam komunikasi dapat terlin interaksi jika pihak lain mengerti dan menberikan respon. Dengan demikian bahasa digunakan sebagai alat komunikasi.
c. Adaptasi
Sebagai makhluk sosial tentunya manusia membutuhkan fungsi ini untuk bisa beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Bahasa digunakan untuk mencipta suatu interaksi yang bertujuan mewujudkan sesuatu yang baik sebagaimana pengertian adaptasi.

d. Kontrol Sosial
Bahasa digunakan untuk mengontrol sikap sosial manusia disekitarnya. Biasanya bahasa dalam fungsi ini diterapkan dalam beberapa cara misalnya rambu-rambu lalulintas, syair lagu yang menyindir. Namun bicara masalah peraturan, saat ini banyak sekali peraturan yang dilanggar sehingga fungsi bahasa sebagai kontrol sosial seakan memudar semakin harinya.

e. Integrasi
Sebagai mana yang telah dijelaskan sebelumnya yaitu bahasa dapat digunakan sebagai bahasa persatuan yang dapat memperkecil perbedaan sehingga dapat terjadi integrasi antara satu sama lain. Sebagaimana para pemuda Indonesia yang bersatu dengan adanya bahasa yaitu bahasa Indonesia.

Rabu, 09 Juni 2010

Mengamankan OS

Mengamankan OS
Ada beberapa hal utama dalam security system yang berlaku pada semua sistem operasi. Anda harus melakukan pencegahan berikut pada waktu mengamankan item terhadap akses yang tidak diinginkan dan kegagalan.
Gunakan Password yang Kuat
Cara paling mudah meningkatkan security system adalah dengan menggunakan password yang tidak mudah ditebak serangan pakse secara brutal. Kata kunci yang terdiri dari karakter khusus dan spasi, huruf besar kecil, menghindari kata kamus. Jangan lupa menambah satu huruf saja bisa menambah banyak kemungkinan yang harus ditebak. Namun jangan terlalu rumit ahgar tidak terlalu sulit diketik dan diingat.
Gunakan Pelindung Luar
Tidak semua security muncul di desktop oleh karena itu tidak ada salahnya menggunakan firewall/router external untuk melindungi computer anda. Pada tingkat low-end , anda bisa membeli perangkat router retail seperti Linksys, D-link ataupun Netgear. Atau ada yang lebih tinggi lagi anda bisa menggunakan Cisco, Vyatta dan Foundry Networks dll.
Update Software Anda
Mengetes Patch sebelum mengimplementasikan ke sistem memang penting. Mengabaikan terlalu lama update security bisa menjadikan sasaran empuk pembobol security. Jangan boarkan software di computer anda juga terlalu lama tidak di update. Karena proteksi akan lebih efektif jika tetap up-to-date.
Proteksi Data Dengan Back Up
Salah satu cara paling penting dalam melindungi anda dari musibah adalah dengan mem-back up. Membackup data dapat dilakukan dengan cara yang paling dasar yaitu dengan meng-copy ke CD secara periodic, sampai yang kompleks yaitu backup otomatis pada server.
Matikan Service yang Tidak Digunakan
Seringkali user tidak tahu service (yang bisa diakses dari jaringan) apa yang berjalan pada computer mereka. Telnet dan FTP merupakan service yang harus segera dimatikan jika tidak diperlukan. Pastikan anda mengetahui service yang digunakan dan untuk alas an apa anda menggunakannya. Anda harus mengetahui dampak service tersebut terhadap kebutuhan.
Enskripsi Data
Ada berbagai macam tingkat enskripsi data, dan memilih tingkat enskripsi yang sesuai dengan kebutuhan tergantung kepada situasi. Enskripsi data bisa dimulai dari per file, sistem file, sampai enskripsi keseluruhan hard disk. Biasanya tidak mencapai partsi boot, karena butuh hardware khusus untuk mendeskripsinya.

Tentang Ekonomi

Hukum Permintaan dan Penawaran
A. Permintaan(demand)
Permintaan adalah sejumlah barang atau jasa yang diinginkan untuk dibeli atau dimiliki pada berbagai tingkat harga, pada waktu dan tmpat tertentu.
A.1 Hukum Permintaan
Hukum permintaan adalah hukum yang menjelaskan tentang hubungan antara harga dengan jumlah barang atau jasa yang diminta (permintaan). Hokum permintaan menyatakan bahwa antara harga dengan jumlah barang atau jasa yang diminta mempunyai hubungan terbalik.
Bunyi hukum permintaan sebagai berikut “Apabila haraga barang/jasa mengalami kenaikan maka jumlah barang/jasa yang diminta mengalami penurunan, sebaliknya jika harga barang/jasa mengalami penurunan maka jumlah barang/jasa yang diminta mengalami kenaikan.”
Hukum permintaan akan berlaku apabila kondisi ekonomi dalam keadaan “ceteris paribus” artinya tidak ada perubahan pada factor yang mempengaruhi permintaan.
A.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan.
a. Adanya perubahan harga pada barang/jasa yang bersangkutan.
b. Adanya perubahan pendapatan masyarakat.
c. Tingkat intensitas kebutuhan.
d. Perubahan jumlah penduduk.
e. Terjadinya perubahan selera konsumen.
f. Expektasi / prediksi harga barang/jasa pada waktu yang akan datang.
g. Adanya barang-barang substitusi.

B. Penawaran
Penawaran (Supply) adalah sejumlah barang atau jasa yang disediakan untuk dijual pada berbagai tingkat haraga pada waktu dan tempat tertentu.
B.1 Hukum Penawaran.
Hukum penawaran menjelaskan tentang hubungan antara harga dengan jumlah barang/jasa yang akan ditawarkan. Hukum penawaran menyatakan bahwa antara harga dengan jumlah barang/jasa memiliki hubungan berbanding lurus.
Bunyi hukum penawaran sebagai berikut: “Apabila harga barang/jasa mengalami kenaikan maka jumlah barang/jasa yang ditawarkan juga mengalami kenaikan sebaliknya apabila harga barang/jasa mengalami penurunan maka jumlah barang/jasa yang ditawarkan juga mengalami penurunan.”
Hukum penawaran akan berlaku apabila kondisi ekonomi dalam keadaan “ceteris paribus” artinya tidak ada perubahan pada faktor yang mempengaruhi penawaran.
B.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penawaran.
a. Biaya produksi
b. Perubahan teknologi.
c. Keuntungan yang diharapkan.
d. Kebutuhan uang tunai.
e. Expektasi / prediksi harga barang/jasa pada waktu yang akan datang.
f. Adanya pajak dan subsidi.
g. Perubahan jumlah produsen.

C. Harga Keseimbangan(Equilibrium Price).
Harga Keseimbangan adalah tingkat harga yang terjadi di pasar karena adanya kesepakatan antara permintaan harga dengan penawaran.
Contoh:
Harga (P) Jumlah Permintaan (Qd) Jumlah Penawaran(Qs)
Rp. 4.000.000,00 20 unit 40 unit
Rp. 3.500.000,00 25 unit 35 unit
Rp. 3.000.000,00 30 unit 30 unit
Rp. 2.500.000,00 35 unit 25 unit
Rp. 2.000.000,00 40 unit 20 unit











terstruktur. Di mana setiap class member dapat diatur pengaksesannya (Private, Public and Protected), setiap kelas turunan (derived class) mendapat sifat yang sama (Inheritance) dan akses terhadap class member dari kelas induk (main class), dan fungsi anggota (member function) dapat diterapkan pada object-object dari class tersebut. dibutuhkan. Class dalam bahasa C++ merupakan salah satu cara pemecahan masalah. Karena bahasa C++ ialah pemrograman berorientasi objek, C++ melakukan langkah pertama dengan menjelaskan class-class yang merupakan anak class yang dibuat sebelumnya sebagai abstraksi dari object-object fisik, Class tersebut beisi keadaan object, anggota-anggotanya dan kemampuan dari objectnya, Setelah beberapa Class dibuat masalah dan dipecahkan dengan Class.
Class hampir sama dengan tipe struct, bedanya class dapat bersifat public, private, dan protected. Anggota private hanya digunakan dalam class/friend, semua anggota class adalah private. Anggota protected, sama saja dengan private. Sedikit perbedaan.
Anggota public dapat digunakan oleh semua fungsi. Juga dapat digelar di luar dari struktur class. Anggota virtual yang terdapat di public digunakan untuk memanggil secara otomatis ketika class menjadi objek dengan operator new (perhatikan void main()). Dan juga dipanggil otomatis ketika objek dihapus dengan operator delete objek. cenderung berorientasi pada obyek. Didalam C++, Unit program adalah kelas/Class dimana suatu obyek(object) secara mendekati kenyataan dapat diciptakan. Kelas didalam C++ merupakan pengembangan dari notasi struct didalam C biasa, yaitu struktur untuk mendefinisikan elemen-elemen data.
Tipe Class
Kata kunci class dalam C++ digunakan untuk memodelkan suatu obyek terdiri dari 2 anggota, yaitu atribut yang direpresentasikan sebagai anggota data(data members)dan sifat/operasi-operasi/prosedur-prosedur yang direpresentasikan sebagai fungsi anggota (member functions). Fungsi anggota sering disebut dengan metode pada bahasa OOP lainnya dan digunakan untuk memberi pesan pada obyek yang bersangkutan.
Setiap anggota dari obyek ini dikelompokkan berdasarkan sifat akses terhadap anggota-anggotanya, baik dari dalam obyek itu sendiri maupun dari obyek lainnya. Ada 3 sifat yang dapat diberikan, yaitu public, private, dan protected. Kelompok private hanya dapat diakses oleh fungsi anggota dari kelas itu sendiri dan kelas lain yang mempunyai hubungan friend, Kelompok public dapat diakses dari bagian-bagian lainnya dari program (dari kelas manapun), Kelompok protected hanya dapat diakses oleh fungsi anggota dari kelas yang bersangkutan dan kelas-kelas lain yang menjadi turunannya.
Pembatasan akses itu merupakan information hiding yang berguna antara lain jika representasi data dari kelas berubah, hanya fungsi anggota yang perlu diambil, dan jika ada kesalahan dalam manipulasi anggota data dari kelas, hanya fungsi anggota yang perlu di debug, bukan seluruh anggota.


A. Biaya Produksi (Cost)
Biaya Produksi adalah semua pengeluaran yang dilakukan perusahaan untuk memproduksi barang/jasa. Pengertian tersebut mencakup biaya eksplisit dan implicit. Biaya eksplisit adalah biaya yang benar benar dikeluarkan untuk keperluan produksi. Sedangkan biaya implisit adalah biaya penggunaan sumber daya milik perusahaan.
Unsur-unsur Biaya Produksi
Unsur biaya produksi dibedakan atas 2 hal yaitu biaya produksi jangka pendek dan biaya produksi jangka panjang. Berikut akan dibahas macam-macam biaya produksi jangka pendek.
1. Biaya Tetap (Fixed Cost)
Fixed Cost adalah biaya produksi yang besarnya tidak berubah / tidak dipengaruhi oleh volume produksi barang / jasa. Artinya berapapun jumlah produksi, biaya ini selalu tetap. Biaya tetap dibedakan atas dua:
i. Biaya Tetap Total (Total Fixed Cost / TFC) adalah biaya dengan jumlah tetap yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk memproduksi sejumlah barang / jasa. Contohnya biaya penyusutan dan biaya sewa.
ii. Biaya Tetap Rata-rata (Average Fixed Cost / AFC) adalah biaya tetap yang harus dikeluarkan perusahaan untuk memproduksi satu satuan unit produksi (barang/jasa). Rumus menghitungnya adalah AFC = TFC / Quantity.
2. Biaya Variabel (Variable Cost / VC)
VC adalah biaya yang harus dikeluarkan oleh produsen yang besarnya berubah ubah sesuai dengan perubahan jumlah produksi. Artinya apabila produksi bertambah maka biaya variable bertambah demikian sebaliknya bila produksi berkurang maka biaya variable berkurang. Contonya adalah pemakaian bahan baku.
3. Biaya Total (Total Cost / TC)
Biaya Total adalah jumlah keseluruhan biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk memproduksi barang/jasa. Komponen biaya total terdiri dari biaya tetap dan biaya variable (Biaya total = biaya tetap + biaya variable).
4. Biaya Total Rata-rata (Average Total Cost / ATC)
Average Total Cost adalah biaya rata –rata yang harus dikeluarkan untuk memproduksi setiap satuan produksi. Rumus menghitung biaya rata-rata adalah total cost dibagi dengan jumlah produksi.
5. Biaya Marginal (Marginal Cost / MC)
Marginal Cost / MC adalah biaya yang harus dikeluarkan perusahaan apabila menambah satu satuan unit produk tertentu. Besarnya biaya marjinal terlihat menurun tetapi biaya marjinal akan sama dengan biaya rata-rata (MC=AC).
B. Penerimaan (Revenue)
Revenue adalah sejumlah uang yang diterima perusahaan atas penjualan barang/jasa hasil produksi. Jenis-jenis penerimaan dibedakan atas :
1. Penerimaan Total (Total Revenue / TR)
Total Revenue / TR adalah jumlah/kuantitas barang yang terjual, dikalikan dengan harga satuan. Semakin banyak yang terjual semakin besar penerimaan total (TR = P x Q).
2. Penerimaan Rata-rata (Average Revenue / AR)
Average Revenue / AR adalah pendapatan rata-rata yang diperoleh dari total penerimaan dibagi dengan jumlah barang yang dijual (AR = TR / Q).
3. Penerimaan Marjinal (Marginal Revenue / MR)
Marginal Revenue / MR adalah tambahan penerimaan karena adanya tambahan penjualan dari setiap satuan hasil produksi.
C. Laba Rugi
Laba Rugi dikelompokan atas 3 yaitu:
a. Laba Rata-rata (Average Profit)
Average Profit adalah laba yang diperoleh dari setiap satuan output yang dihasilkan atau dijual. Rumus : Average Profit = Average Revenue – Average Cost.
b. Laba Marginal (Marginal Profit)
Marginal Profit adalah tambahan laba yang diperoleh pada saat jumlah output yang dihasilkan atau dijual diperbesar. Rumus : Marginal Profit = Marginal Revenue – Marginal Cost.
c. Laba Total (Total Profit)
Total Profit adalah keseluruhan laba yang diterima karena penjualan sejumlah satuan output. Laba total diperoleh dengan cara:
1. Penerimaan total dikurangi biaya total (Total Profit = TR – TC)
2. Hasil kali jumlah output yang dijual dengan selisih antara penerimaan rata-rata dengan biaya rata-rata (Total Profit = x Q).
3. Penjumlahan dari selisih antara penerimaan marginal dengan biaya marginal (Total Profit =


Elastisitas Permintaan

Elastisitas harga permintaanadalah suatu alat/konsep yang digunakan untuk mengukur derajat kepekaan/ respon perubahan jumlah/ kualitas barang yang dibeli sebagai akibat perubahan faktor yang mempengaruhi.

Dalam hal ini pada dasrnya ada tiga variabel utama yang mempengaruhi, maka dikenal tiga elastisitas permintaan, yahitu :

1. elastisitas harga permintaan
2. elastisitas silang
3. elastisitas pendapatan



3.2.1. Elastisitas Harga Permintaan (the price elasticity of demand)

Elastisitas harga permintaan adalah derajat kepekaan/ respon jumlah permintaan akibat perubahan harga barang tersebut atau dengan kata lain merupakan perbadingan daripada persentasi perubahan jumlah barang yang diminta dengan prosentase perubahan pada harga di pasar, sesuai dengan hukum permintaan, dimana jika harga naik, maka kuantitas barang turun Dan sebaliknya.

Sedangkan tanda elastisitas selalu negatif, karena sifat hubungan yang berlawanan tadi, maka disepakati bahwa elastisitas harga ini benar indeksnya/koefisiennya dapat kurang dair, dama dengan lebih besar dari satu Dan merupakan angka mutlak (absolute), sehingga permintaannya dapat dikatakan :

1. Tidak elastisitas (in elastic)
2. Unitari (unity) dan
3. Elastis (elastic)

Dengan bentuk rumus umum sebagai berikut :



Δ Q ΔP Δ Q P

Eh : atau Eh = X

Q P ΔP Q

Dimana :

Eh adalah elastisitas harga permintaan

Q adalah Jumlah barang yang diminta

P adalah harga barang tersebut

Δ adalah delta atau tanda perubahan.

Hasil akhir dari elastisitas tersebut memberikan 3 kategori :

1. Apabila perubahan harga (ΔP) mengakibatkan perubahan yang lebih besar dari jumlah barnag yang diminta (Δ Q), sisebut dengan elastisitas yang elastis (elastic), dimana besar koefisiennya adalah besar dari satu (Eh.1). Nemtuk kurva permintaannya lebih landai. [ % ΔP < % Δ Q]. 2. Apabila persentase perubahan harga (% ΔP) sama besarnya dengan persentase perubahan jumlah barang yang diminta (% Δ Q), disebut dengan elastisitas yang unity (unitari), dimana besar koefisiennnya adalah sama dengan satu (eh=1), bentuk kurva permintaannya membentuk sudut 45 derajat dari titik asal [% ΔP = % Δ Q]. 3. Apabila persentase perubahan harga (% ΔP) mengakibatkan perubahan kenaikan jumlah barang yang diminta (% Δ Q) yang lebih kecil,disebut dengan elastisitas yang in elastic dimana besar keofisiennya lebih kecil dari satu (Eh<1). Bentuk kurva permintaannya lebih vuram[ % ΔP > % Δ Q].

Pembagian kedalam tiga kategori tersebut disebabkan karena perbedaan total penerimaan (Total Renenue)nya sebagai akibat perubahan harga masing-masing kategori.

Pada suatu kurva permintaan akan terdapat ketiga keadan tersebut, tergantung dititik mana mengjkurnya. Pada harga tinggi, elastisitasnya lebih besar dari satu atau elastis, pada harga yang rendah elastisitasnya kurang dari satu atau tidak elastis (in elastic), sedangkan titik tengah dari kurva permintaan mempunya elastisitas sama dengan satu atau unity (unitari),

Disamping tiga bentuk elastisitasharga permintaan diatas, ada dua lagi elastisitas harga permintaan, yaitu :

1. Permintaan yang elastis sempurna (perfectly Elastic), ini merupakan tingkat yang paling tinggi dari kemungkinan elastisitas, dimana respon yang paling besar dari jumlahbarang yang diminta terhadap harga, bentuk kurva permintaannya merupakan garis horizontal dengan sempurna sejajar dengan sumbu gabris horizontal dengan sempurna sejajar dengan sumbu datar, besar elastisitasnya tidak berhingga (Eh =ς) pada kondisi ini berapapun jumlah permintaan, harga tidak berubah atau pada tingkat harga yang jumlah permintaan dapat lebih banyak.
2. Kurva permintaan yang tidak elastis sempurna (perfectly inelastic), ini merupakan tingkat paling rendah dari elastisitas, dimana respon yang jumlah permintaan barang terhadap perubahan harga adalah sangat kecil, bentuk kurva permintaannya vertikal dengan sempurna sejajar dengan sumbu tegak, besar koefisien elastisitasnya adalah nol (Eh = 0), artinya bagaimanapun harga tinggi, konsumen tidak akan mengurangi jumlah permintaannya.

Masing-masing bentuk kurva elastisitas harga tersebut,

Faktor Yang Mempengaruhi Elastisitas Harga Permintaan

Elastisitas harga permintaan mengukur tingkat reaksi konsumer terhadap perubahan harga. Elastisitas ini dapat menceritakan pada produsen apa yang terjadi terhadap penerimaan penjualan mereka, jika mereka merubah strategi harga, apakah kenaikan/menurunkan jumlah barang yang akan dijualnya.



Ada beberapa faktor yang menentukan elastisitas harga permintaan :

1. Tersedia atau tidaknya barang pengganti di pasar
2. Jumlah pengguna/tingkat kebutuhan dari barang tersebut
3. Jenis barang dan pola preferensi konsumen
4. Periode waktu yang tersedia untuk menyesuaikan terhadap perubahan harga/periode waktu penggunaan barang tersebut.
5. Kemampuan relatif anggaran untuk mengimpor barang



Elastisitas akan besar bilamana :

1. terdapat banyak barang subsitusi yang baik
2. harga relatif tinggi
3. ada banyak kemungkinan-kemungkinan penggunaan barang lain



Elastisitas umumnya akan kecil, bilamana :

1. benda tersebut digunakan dengan kombinasi benda lain
2. barang yang bersangkutan terdapat dalam jumlah banyak, dan dengan harga-harga yang rendah.
3. Untuk barang tersebut tidak terdapat barang-barang substitusi yang baik, Dan benda tersebut sangat dibutuhkan.



3.2.2. Elastisitas Silang (The Cross Price Elasticity of demand)

Permintaan konsumen terhadap suatu barang tidak hanya tergantung pada harga barang tersebut. Tetapi juga pada preferensi konsumen, harga barang subsitusi dan komplementer Dan juga pendapatan.

Para ahli ekonomi mencoba mengukur respon/reaksi permintaan terhadap harga yang berhubungan dengan barang tersebut, disebut dengan elastisitas silang (Cross Price Elasticity of demand)

Perubahan harga suatu barang akan mengakibatkan pergeseran permintaan kepada produk lain, maka elastisitas silang (Exy) adalah merupakan persentase perubahan permintaan dari barang X dibagi dengan persentase perubahan harga dari barang Y

Apabila hubungan kedua barang tersebut (X dan Y) bersifat komplementer (pelengkap) terhadap barang lain itu, maka tanda elastisitas silangnya adalah negatif, misalnya kenaikan harga tinta akan mengakibatkan penurunan permintaan terhadap pena.

Apabila barang lain tersebut bersifat substitusi (pengganti) maka tanda elastisitas silangnya adalah positif, misalnya kenaikan harga daging ayam akan mengakibatkan kenaikan jumlah permintaan terhadap daging sapi Dan sebaliknya.



Bentuk umum dari Elastisitas silang adalah :

ΔQx Py

Es = ——- x ——- > 0 Substitusi

Δ Px Qx



Δ Qy Px

Es = ——- x ——- < 0 Komplementer Δ Py Qy Perlu dicatat bahwa indeks/koefisien elastisitas tidak sama dengan lereng dari kurva atau slope dari kurva permintaan. Bila elastisitas tersebut no (0) berarti tidak ada hubungan antara suatu barang dengan barang lain. 3.2.3. Elastisitas Pendapatan (The Income Elasticity of Demand) Suatu perubahan (peningkatan/penurunan) daripada pendapatan konsumer akan berpengaruh terhadap permintaan berbagai barang, besarnya pengaruh perobahan tersebut diukur dengan apa yang disebut elastisitas pendapatan. Elastisitas pendapatan ini dapat dihitung dengan membagi persentase perubahan jumlah barang yang diminta dengan persentase perobahan pendapatan, dengan rumus. Δ Q Δ Y Δ Q Y Em = ——- : ——– atau Em = ——– x ——– Q Y ΔY Q Jika Em= 1 (Unity), maka 1 % kenaikan dalam pendapatan akan menaikkan 1 % jumlah barang yang diminta; Jika Em>1 (Elastis), maka orang akan membelanjakan bahagian yang lebih besar dari pendapatan terhadap barang.

Jika pendapatan naik; jika Em < 1 (in Elastis), maka orang akan membelanjakan bahagian pendapatan yang lebih kecil untuk suatu barang, bila pendapatannya naik. Apabila yang terjadi adalah kenaikkan pendapatan yang berakibatkan naiknya jumlah barang yang diminta, maka tanda elastisitas tersebut adalah positif dan barang yang diminta sebut barang normal atau superior. Bila kenaikan dalam pendapatan tersebut berakibat berkurangnya jumlah suatu barang yang diminta, maka tanda elastisitas terhadap barang tersebut adalah negatif dan barang ini disebut dengan barang inferior atau giffen. 3.3. Elastisitas Penawaran 3.3.1. Elastisitas Harga Penawaran (The Price Elasticity of Suply) Sama hal dengan perhatian elastisitas harga pada permintaan, maka pengertian elastisitas harga pada penawaran, diartikan sebagai suatu alat untuk mengukur respon produsen terhadap perobahan harga, penghitungan elastisitas harga penawaran sama dengan penghitungan pada elastisitas harga permintaan, hanya saja perbedaan pengertian jumlah barang diminta diganti dengan jumlah barang yang ditawarkan. Δ Qs P Es. = ——– x ——– Δ P Q Dimana : Q adalah jumlah barang yang ditawarkan; P adalah harga barang; S adalah delta atau perobahan. Seperti terhadap koefisien elastisitas harga permintaan, koefisien penawaran tersebut juga dapat dibagi kedalam tiga kategori, yaitu : (a) Elastis (Es > 1)

(b) In Elastis (Es < 1), (c) Unity (Es = 1). (d) Elastis Sempurna (Es = ~ ); (e) In Elastis Sempurna (Es = 0). Disamping tiga bentuk elastisitasharga permintaan diatas, ada dua lagi elastisitas harga permintaan, yaitu : 1. Permintaan yang elastis sempurna (perfectly Elastic), ini merupakan tingkat yang paling tinggi dari kemungkinan elastisitas, dimana respon yang paling besar dari jumlahbarang yang diminta terhadap harga, bentuk kurva permintaannya merupakan garis horizontal dengan sempurna sejajar dengan sumbu gabris horizontal dengan sempurna sejajar dengan sumbu datar, besar elastisitasnya tidak berhingga (Eh =ς) pada kondisi ini berapapun jumlah permintaan, harga tidak berubah atau pada tingkat harga yang jumlah permintaan dapat lebih banyak. 2. Kurva permintaan yang tidak elastis sempurna (perfectly inelastic), ini merupakan tingkat paling rendah dari elastisitas, dimana respon yang jumlah permintaan barang terhadap perubahan harga adalah sangat kecil, bentuk kurva permintaannya vertikal dengan sempurna sejajar dengan sumbu tegak, besar koefisien elastisitasnya adalah nol (Eh = 0), artinya bagaimanapun harga tinggi, konsumen tidak akan mengurangi jumlah permintaannya. Masing-masing bentuk kurva elastisitas harga tersebut, Faktor Yang Mempengaruhi Elastisitas Harga Permintaan Elastisitas harga permintaan mengukur tingkat reaksi konsumer terhadap perubahan harga. Elastisitas ini dapat menceritakan pada produsen apa yang terjadi terhadap penerimaan penjualan mereka, jika mereka merubah strategi harga, apakah kenaikan/menurunkan jumlah barang yang akan dijualnya. Ada beberapa faktor yang menentukan elastisitas harga permintaan : 1. Tersedia atau tidaknya barang pengganti di pasar 2. Jumlah pengguna/tingkat kebutuhan dari barang tersebut 3. Jenis barang dan pola preferensi konsumen 4. Periode waktu yang tersedia untuk menyesuaikan terhadap perubahan harga/periode waktu penggunaan barang tersebut. 5. Kemampuan relatif anggaran untuk mengimpor barang Elastisitas akan besar bilamana : 1. terdapat banyak barang subsitusi yang baik 2. harga relatif tinggi 3. ada banyak kemungkinan-kemungkinan penggunaan barang lain Elastisitas umumnya akan kecil, bilamana : 1. benda tersebut digunakan dengan kombinasi benda lain 2. barang yang bersangkutan terdapat dalam jumlah banyak, dan dengan harga-harga yang rendah. 3. Untuk barang tersebut tidak terdapat barang-barang substitusi yang baik, Dan benda tersebut sangat dibutuhkan. 3.2.2. Elastisitas Silang (The Cross Price Elasticity of demand) Permintaan konsumen terhadap suatu barang tidak hanya tergantung pada harga barang tersebut. Tetapi juga pada preferensi konsumen, harga barang subsitusi dan komplementer Dan juga pendapatan. Para ahli ekonomi mencoba mengukur respon/reaksi permintaan terhadap harga yang berhubungan dengan barang tersebut, disebut dengan elastisitas silang (Cross Price Elasticity of demand) Perubahan harga suatu barang akan mengakibatkan pergeseran permintaan kepada produk lain, maka elastisitas silang (Exy) adalah merupakan persentase perubahan permintaan dari barang X dibagi dengan persentase perubahan harga dari barang Y Apabila hubungan kedua barang tersebut (X dan Y) bersifat komplementer (pelengkap) terhadap barang lain itu, maka tanda elastisitas silangnya adalah negatif, misalnya kenaikan harga tinta akan mengakibatkan penurunan permintaan terhadap pena. Apabila barang lain tersebut bersifat substitusi (pengganti) maka tanda elastisitas silangnya adalah positif, misalnya kenaikan harga daging ayam akan mengakibatkan kenaikan jumlah permintaan terhadap daging sapi Dan sebaliknya. Bentuk umum dari Elastisitas silang adalah : ΔQx Py Es = ——- x ——- > 0 Substitusi

Δ Px Qx



Δ Qy Px

Es = ——- x ——- < 0 Komplementer Δ Py Qy Perlu dicatat bahwa indeks/koefisien elastisitas tidak sama dengan lereng dari kurva atau slope dari kurva permintaan. Bila elastisitas tersebut no (0) berarti tidak ada hubungan antara suatu barang dengan barang lain. 3.2.3. Elastisitas Pendapatan (The Income Elasticity of Demand) Suatu perubahan (peningkatan/penurunan) daripada pendapatan konsumer akan berpengaruh terhadap permintaan berbagai barang, besarnya pengaruh perobahan tersebut diukur dengan apa yang disebut elastisitas pendapatan. Elastisitas pendapatan ini dapat dihitung dengan membagi persentase perubahan jumlah barang yang diminta dengan persentase perobahan pendapatan, dengan rumus. Δ Q Δ Y Δ Q Y Em = ——- : ——– atau Em = ——– x ——– Q Y ΔY Q Jika Em= 1 (Unity), maka 1 % kenaikan dalam pendapatan akan menaikkan 1 % jumlah barang yang diminta; Jika Em>1 (Elastis), maka orang akan membelanjakan bahagian yang lebih besar dari pendapatan terhadap barang.

Jika pendapatan naik; jika Em < 1 (in Elastis), maka orang akan membelanjakan bahagian pendapatan yang lebih kecil untuk suatu barang, bila pendapatannya naik. Apabila yang terjadi adalah kenaikkan pendapatan yang berakibatkan naiknya jumlah barang yang diminta, maka tanda elastisitas tersebut adalah positif dan barang yang diminta sebut barang normal atau superior. Bila kenaikan dalam pendapatan tersebut berakibat berkurangnya jumlah suatu barang yang diminta, maka tanda elastisitas terhadap barang tersebut adalah negatif dan barang ini disebut dengan barang inferior atau giffen. 3.3. Elastisitas Penawaran 3.3.1. Elastisitas Harga Penawaran (The Price Elasticity of Suply) Sama hal dengan perhatian elastisitas harga pada permintaan, maka pengertian elastisitas harga pada penawaran, diartikan sebagai suatu alat untuk mengukur respon produsen terhadap perobahan harga, penghitungan elastisitas harga penawaran sama dengan penghitungan pada elastisitas harga permintaan, hanya saja perbedaan pengertian jumlah barang diminta diganti dengan jumlah barang yang ditawarkan. Δ Qs P Es. = ——– x ——– Δ P Q Dimana : Q adalah jumlah barang yang ditawarkan; P adalah harga barang; S adalah delta atau perobahan. Seperti terhadap koefisien elastisitas harga permintaan, koefisien penawaran tersebut juga dapat dibagi kedalam tiga kategori, yaitu : (a) Elastis (Es > 1)

(b) In Elastis (Es < 1), (c) Unity (Es = 1). (d) Elastis Sempurna (Es = ~ ); (e) In Elastis Sempurna (Es = 0). 3.3.1. Elastisitas Penawaran Ditinjau dari Sudut Waktu Elastisitas penawaran juga tergantung kepada waktu, apabila harga berobah, para ahli ekonomi membedakan tiga waktu/masa bagi produsen dalam rangka menyesuaikan jumlah barang yang akan ditawarkan dengan perobahan harga tersebut. Secara umum, semakin lebih panjang waktu produsen untuk menyesuaikan diri terhadap perobahan harga, semakin besar elastisitas penawaran. Adapun tiga waktu tersebut adalah : (1) tiga Immediate Run / Momentary Period / Market Period, suatu periode waktu yang sangat pendek, dimana jumlah barang yang terdapat di pasar tidak dapat dirubah, yaitu hanya sebanyak yang ada di pasar, kurva penawaran in elastis sempurna. Seperti yang diperlihatkan gambar. 3.4.a. The short Run, adalah suatu periode waktu yang cukup panjang bagi suatu perusahaan untuk memproduksi barang, tetapi tidak cukup panjang untuk mengembangkan kapasitas atau masuk pasar bagi perusahaan baru, sehingga out put hanya dapat dikembangkan sebatas kapasitas yang ada, bentuk kurva penawaran Unity. The Long Run, adalah suatu periode waktu yang sangat panjang bagi perusahaan baru untuk masuk kedalam pasar dan bagi perusahaan lama untuk membuat perencanaan untuk pengembangan perusahaan yang lebih memungkinkan untuk menyesuaikan diri dengan perobahan harga, bentuk kurva penawarannya lebih elastis, 3.2. Cara Menghitung Elastisitas Permintaan Secara garis besar ada dua cara dalam mengukur besaran elastisitas permintaan, yaitu : (1) Elastisitas Titik (Point elasticity) Cara ini digunakan untuk mengukur elastisitas yang perubahan harga dan jumlah yang diminta relatif sangat kecil atau limit mendekati nol, hal ini dapat dibuktikan, (1) Elastisitas Busur (Art Elastisity) Cara kedua ini digunakan untuk mengukur perubahan harga dan jumlah permintaan yang besar. Cara penghitungan ini terbagi dalam dua bentuk : 1. Elastisitas Jarak. Suatu cara mengukur elastisitas yang besar, tetapi bersifat searah, seperti diukur dari titik A ke titik B tidak sama besar hasilnya bila diukur dari titik B ke titik A. 1. Elastisitas Jarak dengan Modifikasi / mid point; Suatu cara dalam mengukur besaran elastisitas tanpa memperhatikan arah, apakah dimulai dari titik A ke titik B atau sebaliknya, dimana cara ini tidak akan ada perbedaan dari hasilnya, tujuan dari metode perhitungan ini adalah untuk mengatasi kelemahan pada cara pengukuran jarak (a). 3.3.1. Elastisitas Penawaran Ditinjau dari Sudut Waktu Elastisitas penawaran juga tergantung kepada waktu, apabila harga berobah, para ahli ekonomi membedakan tiga waktu/masa bagi produsen dalam rangka menyesuaikan jumlah barang yang akan ditawarkan dengan perobahan harga tersebut. Secara umum, semakin lebih panjang waktu produsen untuk menyesuaikan diri terhadap perobahan harga, semakin besar elastisitas penawaran. Adapun tiga waktu tersebut adalah : (1) tiga Immediate Run / Momentary Period / Market Period, suatu periode waktu yang sangat pendek, dimana jumlah barang yang terdapat di pasar tidak dapat dirubah, yaitu hanya sebanyak yang ada di pasar, kurva penawaran in elastis sempurna. Seperti yang diperlihatkan gambar. 3.4.a. The short Run, adalah suatu periode waktu yang cukup panjang bagi suatu perusahaan untuk memproduksi barang, tetapi tidak cukup panjang untuk mengembangkan kapasitas atau masuk pasar bagi perusahaan baru, sehingga out put hanya dapat dikembangkan sebatas kapasitas yang ada, bentuk kurva penawaran Unity. The Long Run, adalah suatu periode waktu yang sangat panjang bagi perusahaan baru untuk masuk kedalam pasar dan bagi perusahaan lama untuk membuat perencanaan untuk pengembangan perusahaan yang lebih memungkinkan untuk menyesuaikan diri dengan perobahan harga, bentuk kurva penawarannya lebih elastis, 3.2. Cara Menghitung Elastisitas Permintaan Secara garis besar ada dua cara dalam mengukur besaran elastisitas permintaan, yaitu : (1) Elastisitas Titik (Point elasticity) Cara ini digunakan untuk mengukur elastisitas yang perubahan harga dan jumlah yang diminta relatif sangat kecil atau limit mendekati nol, hal ini dapat dibuktikan, (1) Elastisitas Busur (Art Elastisity) Cara kedua ini digunakan untuk mengukur perubahan harga dan jumlah permintaan yang besar. Cara penghitungan ini terbagi dalam dua bentuk : a. Elastisitas Jarak. Suatu cara mengukur elastisitas yang besar, tetapi bersifat searah, seperti diukur dari titik A ke titik B tidak sama besar hasilnya bila diukur dari titik B ke titik A. a. Elastisitas Jarak dengan Modifikasi / mid point; Suatu cara dalam mengukur besaran elastisitas tanpa memperhatikan arah, apakah dimulai dari titik A ke titik B atau sebaliknya, dimana cara ini tidak akan ada perbedaan dari hasilnya, tujuan dari metode perhitungan ini adalah untuk mengatasi kelemahan pada cara pengukuran jarak (a). 3.2. Elastisitas dan Penerimaan Elastisitas berhubungan dengan reaksi jumlah barang terhadap perubahan harga, pada suatu kurva permintaan atau penawaran tertentu. Elastisitas perlu diketahui oleh penjual sebab; jika jumlah barang besar reaksinya terhadap perubahan harga, maka suatu penurunan harga akan menaikkan jumlah pengeluaran konsumen untuk barang tersebut, berarti juga menaikkan penghasilan. Jika jumlah barang tidak ada atau kecil reaksinya terhadap perubahan harga, maka penurunan harga hanya akan menurunkan jumlah penghasilan yang diterima penjual dari penjualan barang tersebut. Bagi penjual yang penting adalah hubungan antara perubahan harga, elastisitas dan jumlah penerimaan penjual, jika kuantitas dikalikan dengan harga per unit, maka akan menghasilkan jumlah penerimaan, karena total penerimaan dari penjualan dalam suatu pasar adalah sama dengan harga produk kali dengan harga barang yang dijual (TR = P x Q). Koefisien dari elastisitas permintaan dapat dipakai untuk meramalkan apa yang akan terjadi terhadap total penerimaan dari penjualan; apa yang akan terjadi dengan total pengeluaran konsumen bila harga berobah. Sepanjang kurva permintaan, Harga dan Quantitas barang akan selalu bergerak berlawanan arah, suatu penurunan harga (p) akan memberikan total penerimaan yang lebih rendah dan suatu kenaikkan kuantitas (Q) akan menaikkan total penerimaan (TR). Apa yang sesungguhnya terjadi terhadap Total Penerimaan, tergantung kepada reaksi permintaan terhadap perobahan harga barang. Pada permintaan yang elastis, maka penurunan harga mengakibatkan persentase kenaikkan kuantitas yang dijual melebihi persentase turunnya harga, sehingga akan menyebabkan kenaikkan jumlah penerimaan. Pada permintaan yang in elastis, maka suatu penurunan harga akan memberikan kenaikkan kuantitas yang terjual relatif lebih kecil daripada penurunan harga, sehingga jumlah penerimaan penjual menjadi turun. Pada permintaan yang unitari, maka persentase kenaikan kuantitas akan sama dengan persentase harga, dan jumlah penerimaan penjual akan tetap tidak berubah jika terjadi kenaikkan harga dan sebaliknya. Oleh karena itu, seorang penjual yang akan merubah harga harus memperhatikan elastisitas permintaan setiap tingkat harga tersebut. Jadi berobahnya total penerimaan (TR) dapat memberikan cara yang cepat, untuk meneliti apakah suatu titik berada pada titik elastis, in elastis dan unitari, dengan cara : a) Bilamana P diturunkan dan TR menurun pula, maka permintaan adalah inelastis, atau jika P dan TR bergerak arah yang sama, maka Eh < 1; b) Bilamana P diturunkan dan menyebabkan TR meningkat, maka permintaan adalah elastis, atau jika P dan TR bergerak berbeda arah, maka Eh > 1;

c) Bilamana P dinaikkan atau diturunkan, sedangkan TR sama saja, maka permintaan bersifat elastis kesatuan (unity) atau jika TR tidak berobah, ketika P berobah, maka Eh = 1.



Jadi ada dua cara untuk menentukan apakah permintaan tersebut adalah Elastis, In elastis atau Unity, yaitu cara :

1) Metode Perhitungan Koefisien Elastisitas harga dari permintaan yang diperoleh dari informasi P dan Q.

Observasi apa yang akan terjadi terhadap Total Penerimaan/Total Revanue (TR), apabila P berobah dan pengujian total penerimaan (Total Revanue Test), tapi cara kedua ini tidak memberikan suatu nilai koefisien.


Sumber:
http://faizulmubarak.wordpress.com/2009/11/04/bab-iii-konsep-elastisitas-penawaran-dan-permintaan/


Bentuk Pasar Berdasarkan Struktur
A. Pasar Persaingan Sempurna
Dalam pasar persaingan sempurna (perfect competition) adalah pasar dimana pihak penjual (produsen) dan pihak pembeli atau konsumen saling mengetahui keadaan pasar. Kekuatan permintaan dan kekuatan penawaran dari masing-masing pihak tidak dapat mempengaruhi keadaan pasar. Pihak produsen harus menjual barangnya sesuai dengan harga pasar yang berlaku. Pasar persaingan sempurna akan muncul apada keadaan dimana terdapat banyak penjual (produsen), dan msding-masing memproduksi/menjual barang yang identik atau homogen sehingga mereka sangat kecil kemungkinan untuk mempengaruhi situasi pasar. Bagi penjual (produsen) yang menurunkan harga, tidak akan mampu memenuhi permintaan sebaliknya yang menaikkan harga akan mengalami kerugian karena ditinggalkan pembelinya.
B. Pasar Persaingan Tidak Sempurna
Dalam pasar persaingan tidak sempurna (imperfect competition), jumalah penjual (produsen) dan jumlah pembeli(konsumen) tidak sebanding. Kemungkinan yang pertama adalah pasar dikuasai oleh satu atau beberapa penjual (produsen), sehingga penjual (produsen) dapat dengan bebas menentukan hargabarang dan jumlah barang yang akan diperjual-belikan agar ia dapat memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya. Kemungkinan yang kedua adalah pasar dikuasai oleh satu atau beberapa pembeli, sehingga pembeli dapat dengan bebas menentukan harga barang dan jumlah barang yang akan diperjual-belikan. Bentuk-bentuk pasar pesaingan tidak sempurna antara lain;
a. Pasar Monopoli
Merupakan pasar yang dikuasai oleh satu produsen, dalam pasar monopoli barang yang dijual bersifat lain dari pada yang lain (unique). Tidak ada substitusi terhadap barang yang dijual oleh penjual (produsen) tunggal tersebut, dengan demikian penjual (produsen dapat menentukan harga pasar sehingga dapat memaksimalkan keuntungan yang akan diperoleh. Pada pasar monopoli ada hambatan bagi penjual (produsen) lain untuk masuk sebagai pesaing.
b. Pasar Oligopoli dan Pasar Duopoli
Pasar Oligopoli merupakan pasar yang terdiri dari beberapa penjual (produsen), sedangkan pasar duopoly merupakan pasar yang terdiri dari dua penjual (produsen). Barang yang diperjual-belikan pada pasar ini bersifat homogen dan dapat juga bersifat difrennsiasi. Pada pasar oligopoly maupun duopoly pihak penjual (produsen) harus mempertimbangkan akan terjadinya persaingan dalam menetapkan harga jual dan strategi pemasaran.
c. Pasar Persaingan Monopolistik
Pasar persaingan monopolistik mempunyai ciri-ciri yang terdapat pada pasar persaingan sempurna dan pasar persaingan monopoli. Dikatakan mirip dengan pasar persaingan sempurna karena ada kebebasan bagi perusahaan sebagai penjual (produsen) untuk masuk pasar dan keluar pasar lagi, akan tetapi barang yang diperjualbelikan tidak homogen. Barang yang diperjualbelikan dibedakan melalui berbagai macam program promosi penjualan. Dengan demikian pasar persaingan monopolistik adalah suatu keadaan dimana terdapat banyak penjual (produsen) yang berkaitan erat tetapi bukan penjual atau penghasil barang yang sama. Barang yang diperjual-belikan pada pasar persaingan monopolistic hanya satu jenis saja, akan tetapi mempunyai perbedaan-perbedaan dalam hal bentuk, kualitas maupun ukuran. Pasar monopolistic banyak dijumpai pada sektor jasa misalnya salon, butik dan lain sebagainya.


Uang
Dalam ilmu ekonomi tradisional uang didefinisikan sebagai setiap alat tukar yang dapat diterima secara umum.
Jenis-jenis Uang
1. Menurut bahan pembuatnya
a. Uang logam
Uang logam biasanya terbuat dari emas atau perak. Emas dan perak tidak mudah musnah. Maka dari itu emas dan perak dipilih sebagai bahan untuk uang logam. Selain itu harga emas dan perak yang stabil membuat emas dan perak diterima dimasyarakat sebagai alat tukar. Dizaman sekarang uang logam tidak dinilai dari berat logamnya melainkan dari nilai nominalnya.
b. Uang kertas
Uang kertas merupakan tahap evolusi penting dari sejarah uang. Meski terbuat dari kertas, uang tidak mudah dipalsukan. Uang kertas juga lebih mudah dibawa kemana-mana disbanding dengan uang logam.
2. Menurut nilainya
i. Full bodied money
Nilai uang dikatakan Full bodied money bila nilai yang tertera diatas uang tersebut sama nilainya dengan bahan yang digunakan.
ii. Token money
Uang dikatakan token money jika nilai yang tertera diatas uang lebih tinggi dari nilai bahan yang digunakan.
3. Menurut berlakunya sebagai alat pembayaran
a) Uang kartal
Uang kartal merupakan uang sebagai alat pembayaran yang digunakan oleh masyarakat di dalam melakukan transaksi jual beli sehari-hari. Uang kartal ada dua yakni uang kertas dan uang logam.
b) Uang giral
Uang giral merupakan uang yang dimiliki masyarakat dalam bentuk simpanan(deposito) yang dapat ditarik sesuai kebutuhan.
4. Menurut lembaga yang mengeluarkan.
a. Bank Sentral
Memiliki hak monopoli dalam penciptaan uang kartal. Uang dikeluarkan bank sentral digunakan sebagai alat pembayaran sehari-hari.

b. Bank Umum
Bank umum memiliki kemampuan dalam menciptakan suatu tabungan yang dapat ditarik dengan menggunakan cek atau bilyet giro. Cara ini disebut uang giral yang tidak dapat dibuat lembaga keuangan manapun.

Minggu, 30 Mei 2010

Teori Elastisitas

Elastisitas Permintaan

Elastisitas harga permintaanadalah suatu alat/konsep yang digunakan untuk mengukur derajat kepekaan/ respon perubahan jumlah/ kualitas barang yang dibeli sebagai akibat perubahan faktor yang mempengaruhi.

Dalam hal ini pada dasrnya ada tiga variabel utama yang mempengaruhi, maka dikenal tiga elastisitas permintaan, yahitu :

1. elastisitas harga permintaan
2. elastisitas silang
3. elastisitas pendapatan



3.2.1. Elastisitas Harga Permintaan (the price elasticity of demand)

Elastisitas harga permintaan adalah derajat kepekaan/ respon jumlah permintaan akibat perubahan harga barang tersebut atau dengan kata lain merupakan perbadingan daripada persentasi perubahan jumlah barang yang diminta dengan prosentase perubahan pada harga di pasar, sesuai dengan hukum permintaan, dimana jika harga naik, maka kuantitas barang turun Dan sebaliknya.

Sedangkan tanda elastisitas selalu negatif, karena sifat hubungan yang berlawanan tadi, maka disepakati bahwa elastisitas harga ini benar indeksnya/koefisiennya dapat kurang dair, dama dengan lebih besar dari satu Dan merupakan angka mutlak (absolute), sehingga permintaannya dapat dikatakan :

1. Tidak elastisitas (in elastic)
2. Unitari (unity) dan
3. Elastis (elastic)

Dengan bentuk rumus umum sebagai berikut :



Δ Q ΔP Δ Q P

Eh : atau Eh = X

Q P ΔP Q

Dimana :

Eh adalah elastisitas harga permintaan

Q adalah Jumlah barang yang diminta

P adalah harga barang tersebut

Δ adalah delta atau tanda perubahan.

Hasil akhir dari elastisitas tersebut memberikan 3 kategori :

1. Apabila perubahan harga (ΔP) mengakibatkan perubahan yang lebih besar dari jumlah barnag yang diminta (Δ Q), sisebut dengan elastisitas yang elastis (elastic), dimana besar koefisiennya adalah besar dari satu (Eh.1). Nemtuk kurva permintaannya lebih landai. [ % ΔP < % Δ Q]. 2. Apabila persentase perubahan harga (% ΔP) sama besarnya dengan persentase perubahan jumlah barang yang diminta (% Δ Q), disebut dengan elastisitas yang unity (unitari), dimana besar koefisiennnya adalah sama dengan satu (eh=1), bentuk kurva permintaannya membentuk sudut 45 derajat dari titik asal [% ΔP = % Δ Q]. 3. Apabila persentase perubahan harga (% ΔP) mengakibatkan perubahan kenaikan jumlah barang yang diminta (% Δ Q) yang lebih kecil,disebut dengan elastisitas yang in elastic dimana besar keofisiennya lebih kecil dari satu (Eh<1). Bentuk kurva permintaannya lebih vuram[ % ΔP > % Δ Q].

Pembagian kedalam tiga kategori tersebut disebabkan karena perbedaan total penerimaan (Total Renenue)nya sebagai akibat perubahan harga masing-masing kategori.

Pada suatu kurva permintaan akan terdapat ketiga keadan tersebut, tergantung dititik mana mengjkurnya. Pada harga tinggi, elastisitasnya lebih besar dari satu atau elastis, pada harga yang rendah elastisitasnya kurang dari satu atau tidak elastis (in elastic), sedangkan titik tengah dari kurva permintaan mempunya elastisitas sama dengan satu atau unity (unitari),

Disamping tiga bentuk elastisitasharga permintaan diatas, ada dua lagi elastisitas harga permintaan, yaitu :

1. Permintaan yang elastis sempurna (perfectly Elastic), ini merupakan tingkat yang paling tinggi dari kemungkinan elastisitas, dimana respon yang paling besar dari jumlahbarang yang diminta terhadap harga, bentuk kurva permintaannya merupakan garis horizontal dengan sempurna sejajar dengan sumbu gabris horizontal dengan sempurna sejajar dengan sumbu datar, besar elastisitasnya tidak berhingga (Eh =ς) pada kondisi ini berapapun jumlah permintaan, harga tidak berubah atau pada tingkat harga yang jumlah permintaan dapat lebih banyak.
2. Kurva permintaan yang tidak elastis sempurna (perfectly inelastic), ini merupakan tingkat paling rendah dari elastisitas, dimana respon yang jumlah permintaan barang terhadap perubahan harga adalah sangat kecil, bentuk kurva permintaannya vertikal dengan sempurna sejajar dengan sumbu tegak, besar koefisien elastisitasnya adalah nol (Eh = 0), artinya bagaimanapun harga tinggi, konsumen tidak akan mengurangi jumlah permintaannya.

Masing-masing bentuk kurva elastisitas harga tersebut,

Faktor Yang Mempengaruhi Elastisitas Harga Permintaan

Elastisitas harga permintaan mengukur tingkat reaksi konsumer terhadap perubahan harga. Elastisitas ini dapat menceritakan pada produsen apa yang terjadi terhadap penerimaan penjualan mereka, jika mereka merubah strategi harga, apakah kenaikan/menurunkan jumlah barang yang akan dijualnya.



Ada beberapa faktor yang menentukan elastisitas harga permintaan :

1. Tersedia atau tidaknya barang pengganti di pasar
2. Jumlah pengguna/tingkat kebutuhan dari barang tersebut
3. Jenis barang dan pola preferensi konsumen
4. Periode waktu yang tersedia untuk menyesuaikan terhadap perubahan harga/periode waktu penggunaan barang tersebut.
5. Kemampuan relatif anggaran untuk mengimpor barang



Elastisitas akan besar bilamana :

1. terdapat banyak barang subsitusi yang baik
2. harga relatif tinggi
3. ada banyak kemungkinan-kemungkinan penggunaan barang lain



Elastisitas umumnya akan kecil, bilamana :

1. benda tersebut digunakan dengan kombinasi benda lain
2. barang yang bersangkutan terdapat dalam jumlah banyak, dan dengan harga-harga yang rendah.
3. Untuk barang tersebut tidak terdapat barang-barang substitusi yang baik, Dan benda tersebut sangat dibutuhkan.



3.2.2. Elastisitas Silang (The Cross Price Elasticity of demand)

Permintaan konsumen terhadap suatu barang tidak hanya tergantung pada harga barang tersebut. Tetapi juga pada preferensi konsumen, harga barang subsitusi dan komplementer Dan juga pendapatan.

Para ahli ekonomi mencoba mengukur respon/reaksi permintaan terhadap harga yang berhubungan dengan barang tersebut, disebut dengan elastisitas silang (Cross Price Elasticity of demand)

Perubahan harga suatu barang akan mengakibatkan pergeseran permintaan kepada produk lain, maka elastisitas silang (Exy) adalah merupakan persentase perubahan permintaan dari barang X dibagi dengan persentase perubahan harga dari barang Y

Apabila hubungan kedua barang tersebut (X dan Y) bersifat komplementer (pelengkap) terhadap barang lain itu, maka tanda elastisitas silangnya adalah negatif, misalnya kenaikan harga tinta akan mengakibatkan penurunan permintaan terhadap pena.

Apabila barang lain tersebut bersifat substitusi (pengganti) maka tanda elastisitas silangnya adalah positif, misalnya kenaikan harga daging ayam akan mengakibatkan kenaikan jumlah permintaan terhadap daging sapi Dan sebaliknya.



Bentuk umum dari Elastisitas silang adalah :

ΔQx Py

Es = ——- x ——- > 0 Substitusi

Δ Px Qx



Δ Qy Px

Es = ——- x ——- < 0 Komplementer Δ Py Qy Perlu dicatat bahwa indeks/koefisien elastisitas tidak sama dengan lereng dari kurva atau slope dari kurva permintaan. Bila elastisitas tersebut no (0) berarti tidak ada hubungan antara suatu barang dengan barang lain. 3.2.3. Elastisitas Pendapatan (The Income Elasticity of Demand) Suatu perubahan (peningkatan/penurunan) daripada pendapatan konsumer akan berpengaruh terhadap permintaan berbagai barang, besarnya pengaruh perobahan tersebut diukur dengan apa yang disebut elastisitas pendapatan. Elastisitas pendapatan ini dapat dihitung dengan membagi persentase perubahan jumlah barang yang diminta dengan persentase perobahan pendapatan, dengan rumus. Δ Q Δ Y Δ Q Y Em = ——- : ——– atau Em = ——– x ——– Q Y ΔY Q Jika Em= 1 (Unity), maka 1 % kenaikan dalam pendapatan akan menaikkan 1 % jumlah barang yang diminta; Jika Em>1 (Elastis), maka orang akan membelanjakan bahagian yang lebih besar dari pendapatan terhadap barang.

Jika pendapatan naik; jika Em < 1 (in Elastis), maka orang akan membelanjakan bahagian pendapatan yang lebih kecil untuk suatu barang, bila pendapatannya naik. Apabila yang terjadi adalah kenaikkan pendapatan yang berakibatkan naiknya jumlah barang yang diminta, maka tanda elastisitas tersebut adalah positif dan barang yang diminta sebut barang normal atau superior. Bila kenaikan dalam pendapatan tersebut berakibat berkurangnya jumlah suatu barang yang diminta, maka tanda elastisitas terhadap barang tersebut adalah negatif dan barang ini disebut dengan barang inferior atau giffen. 3.3. Elastisitas Penawaran 3.3.1. Elastisitas Harga Penawaran (The Price Elasticity of Suply) Sama hal dengan perhatian elastisitas harga pada permintaan, maka pengertian elastisitas harga pada penawaran, diartikan sebagai suatu alat untuk mengukur respon produsen terhadap perobahan harga, penghitungan elastisitas harga penawaran sama dengan penghitungan pada elastisitas harga permintaan, hanya saja perbedaan pengertian jumlah barang diminta diganti dengan jumlah barang yang ditawarkan. Δ Qs P Es. = ——– x ——– Δ P Q Dimana : Q adalah jumlah barang yang ditawarkan; P adalah harga barang; S adalah delta atau perobahan. Seperti terhadap koefisien elastisitas harga permintaan, koefisien penawaran tersebut juga dapat dibagi kedalam tiga kategori, yaitu : (a) Elastis (Es > 1)

(b) In Elastis (Es < 1), (c) Unity (Es = 1). (d) Elastis Sempurna (Es = ~ ); (e) In Elastis Sempurna (Es = 0). Disamping tiga bentuk elastisitasharga permintaan diatas, ada dua lagi elastisitas harga permintaan, yaitu : 1. Permintaan yang elastis sempurna (perfectly Elastic), ini merupakan tingkat yang paling tinggi dari kemungkinan elastisitas, dimana respon yang paling besar dari jumlahbarang yang diminta terhadap harga, bentuk kurva permintaannya merupakan garis horizontal dengan sempurna sejajar dengan sumbu gabris horizontal dengan sempurna sejajar dengan sumbu datar, besar elastisitasnya tidak berhingga (Eh =ς) pada kondisi ini berapapun jumlah permintaan, harga tidak berubah atau pada tingkat harga yang jumlah permintaan dapat lebih banyak. 2. Kurva permintaan yang tidak elastis sempurna (perfectly inelastic), ini merupakan tingkat paling rendah dari elastisitas, dimana respon yang jumlah permintaan barang terhadap perubahan harga adalah sangat kecil, bentuk kurva permintaannya vertikal dengan sempurna sejajar dengan sumbu tegak, besar koefisien elastisitasnya adalah nol (Eh = 0), artinya bagaimanapun harga tinggi, konsumen tidak akan mengurangi jumlah permintaannya. Masing-masing bentuk kurva elastisitas harga tersebut, Faktor Yang Mempengaruhi Elastisitas Harga Permintaan Elastisitas harga permintaan mengukur tingkat reaksi konsumer terhadap perubahan harga. Elastisitas ini dapat menceritakan pada produsen apa yang terjadi terhadap penerimaan penjualan mereka, jika mereka merubah strategi harga, apakah kenaikan/menurunkan jumlah barang yang akan dijualnya. Ada beberapa faktor yang menentukan elastisitas harga permintaan : 1. Tersedia atau tidaknya barang pengganti di pasar 2. Jumlah pengguna/tingkat kebutuhan dari barang tersebut 3. Jenis barang dan pola preferensi konsumen 4. Periode waktu yang tersedia untuk menyesuaikan terhadap perubahan harga/periode waktu penggunaan barang tersebut. 5. Kemampuan relatif anggaran untuk mengimpor barang Elastisitas akan besar bilamana : 1. terdapat banyak barang subsitusi yang baik 2. harga relatif tinggi 3. ada banyak kemungkinan-kemungkinan penggunaan barang lain Elastisitas umumnya akan kecil, bilamana : 1. benda tersebut digunakan dengan kombinasi benda lain 2. barang yang bersangkutan terdapat dalam jumlah banyak, dan dengan harga-harga yang rendah. 3. Untuk barang tersebut tidak terdapat barang-barang substitusi yang baik, Dan benda tersebut sangat dibutuhkan. 3.2.2. Elastisitas Silang (The Cross Price Elasticity of demand) Permintaan konsumen terhadap suatu barang tidak hanya tergantung pada harga barang tersebut. Tetapi juga pada preferensi konsumen, harga barang subsitusi dan komplementer Dan juga pendapatan. Para ahli ekonomi mencoba mengukur respon/reaksi permintaan terhadap harga yang berhubungan dengan barang tersebut, disebut dengan elastisitas silang (Cross Price Elasticity of demand) Perubahan harga suatu barang akan mengakibatkan pergeseran permintaan kepada produk lain, maka elastisitas silang (Exy) adalah merupakan persentase perubahan permintaan dari barang X dibagi dengan persentase perubahan harga dari barang Y Apabila hubungan kedua barang tersebut (X dan Y) bersifat komplementer (pelengkap) terhadap barang lain itu, maka tanda elastisitas silangnya adalah negatif, misalnya kenaikan harga tinta akan mengakibatkan penurunan permintaan terhadap pena. Apabila barang lain tersebut bersifat substitusi (pengganti) maka tanda elastisitas silangnya adalah positif, misalnya kenaikan harga daging ayam akan mengakibatkan kenaikan jumlah permintaan terhadap daging sapi Dan sebaliknya. Bentuk umum dari Elastisitas silang adalah : ΔQx Py Es = ——- x ——- > 0 Substitusi

Δ Px Qx



Δ Qy Px

Es = ——- x ——- < 0 Komplementer Δ Py Qy Perlu dicatat bahwa indeks/koefisien elastisitas tidak sama dengan lereng dari kurva atau slope dari kurva permintaan. Bila elastisitas tersebut no (0) berarti tidak ada hubungan antara suatu barang dengan barang lain. 3.2.3. Elastisitas Pendapatan (The Income Elasticity of Demand) Suatu perubahan (peningkatan/penurunan) daripada pendapatan konsumer akan berpengaruh terhadap permintaan berbagai barang, besarnya pengaruh perobahan tersebut diukur dengan apa yang disebut elastisitas pendapatan. Elastisitas pendapatan ini dapat dihitung dengan membagi persentase perubahan jumlah barang yang diminta dengan persentase perobahan pendapatan, dengan rumus. Δ Q Δ Y Δ Q Y Em = ——- : ——– atau Em = ——– x ——– Q Y ΔY Q Jika Em= 1 (Unity), maka 1 % kenaikan dalam pendapatan akan menaikkan 1 % jumlah barang yang diminta; Jika Em>1 (Elastis), maka orang akan membelanjakan bahagian yang lebih besar dari pendapatan terhadap barang.

Jika pendapatan naik; jika Em < 1 (in Elastis), maka orang akan membelanjakan bahagian pendapatan yang lebih kecil untuk suatu barang, bila pendapatannya naik. Apabila yang terjadi adalah kenaikkan pendapatan yang berakibatkan naiknya jumlah barang yang diminta, maka tanda elastisitas tersebut adalah positif dan barang yang diminta sebut barang normal atau superior. Bila kenaikan dalam pendapatan tersebut berakibat berkurangnya jumlah suatu barang yang diminta, maka tanda elastisitas terhadap barang tersebut adalah negatif dan barang ini disebut dengan barang inferior atau giffen. 3.3. Elastisitas Penawaran 3.3.1. Elastisitas Harga Penawaran (The Price Elasticity of Suply) Sama hal dengan perhatian elastisitas harga pada permintaan, maka pengertian elastisitas harga pada penawaran, diartikan sebagai suatu alat untuk mengukur respon produsen terhadap perobahan harga, penghitungan elastisitas harga penawaran sama dengan penghitungan pada elastisitas harga permintaan, hanya saja perbedaan pengertian jumlah barang diminta diganti dengan jumlah barang yang ditawarkan. Δ Qs P Es. = ——– x ——– Δ P Q Dimana : Q adalah jumlah barang yang ditawarkan; P adalah harga barang; S adalah delta atau perobahan. Seperti terhadap koefisien elastisitas harga permintaan, koefisien penawaran tersebut juga dapat dibagi kedalam tiga kategori, yaitu : (a) Elastis (Es > 1)

(b) In Elastis (Es < 1), (c) Unity (Es = 1). (d) Elastis Sempurna (Es = ~ ); (e) In Elastis Sempurna (Es = 0). 3.3.1. Elastisitas Penawaran Ditinjau dari Sudut Waktu Elastisitas penawaran juga tergantung kepada waktu, apabila harga berobah, para ahli ekonomi membedakan tiga waktu/masa bagi produsen dalam rangka menyesuaikan jumlah barang yang akan ditawarkan dengan perobahan harga tersebut. Secara umum, semakin lebih panjang waktu produsen untuk menyesuaikan diri terhadap perobahan harga, semakin besar elastisitas penawaran. Adapun tiga waktu tersebut adalah : (1) tiga Immediate Run / Momentary Period / Market Period, suatu periode waktu yang sangat pendek, dimana jumlah barang yang terdapat di pasar tidak dapat dirubah, yaitu hanya sebanyak yang ada di pasar, kurva penawaran in elastis sempurna. Seperti yang diperlihatkan gambar. 3.4.a. The short Run, adalah suatu periode waktu yang cukup panjang bagi suatu perusahaan untuk memproduksi barang, tetapi tidak cukup panjang untuk mengembangkan kapasitas atau masuk pasar bagi perusahaan baru, sehingga out put hanya dapat dikembangkan sebatas kapasitas yang ada, bentuk kurva penawaran Unity. The Long Run, adalah suatu periode waktu yang sangat panjang bagi perusahaan baru untuk masuk kedalam pasar dan bagi perusahaan lama untuk membuat perencanaan untuk pengembangan perusahaan yang lebih memungkinkan untuk menyesuaikan diri dengan perobahan harga, bentuk kurva penawarannya lebih elastis, 3.2. Cara Menghitung Elastisitas Permintaan Secara garis besar ada dua cara dalam mengukur besaran elastisitas permintaan, yaitu : (1) Elastisitas Titik (Point elasticity) Cara ini digunakan untuk mengukur elastisitas yang perubahan harga dan jumlah yang diminta relatif sangat kecil atau limit mendekati nol, hal ini dapat dibuktikan, (1) Elastisitas Busur (Art Elastisity) Cara kedua ini digunakan untuk mengukur perubahan harga dan jumlah permintaan yang besar. Cara penghitungan ini terbagi dalam dua bentuk : 1. Elastisitas Jarak. Suatu cara mengukur elastisitas yang besar, tetapi bersifat searah, seperti diukur dari titik A ke titik B tidak sama besar hasilnya bila diukur dari titik B ke titik A. 1. Elastisitas Jarak dengan Modifikasi / mid point; Suatu cara dalam mengukur besaran elastisitas tanpa memperhatikan arah, apakah dimulai dari titik A ke titik B atau sebaliknya, dimana cara ini tidak akan ada perbedaan dari hasilnya, tujuan dari metode perhitungan ini adalah untuk mengatasi kelemahan pada cara pengukuran jarak (a). 3.3.1. Elastisitas Penawaran Ditinjau dari Sudut Waktu Elastisitas penawaran juga tergantung kepada waktu, apabila harga berobah, para ahli ekonomi membedakan tiga waktu/masa bagi produsen dalam rangka menyesuaikan jumlah barang yang akan ditawarkan dengan perobahan harga tersebut. Secara umum, semakin lebih panjang waktu produsen untuk menyesuaikan diri terhadap perobahan harga, semakin besar elastisitas penawaran. Adapun tiga waktu tersebut adalah : (1) tiga Immediate Run / Momentary Period / Market Period, suatu periode waktu yang sangat pendek, dimana jumlah barang yang terdapat di pasar tidak dapat dirubah, yaitu hanya sebanyak yang ada di pasar, kurva penawaran in elastis sempurna. Seperti yang diperlihatkan gambar. 3.4.a. The short Run, adalah suatu periode waktu yang cukup panjang bagi suatu perusahaan untuk memproduksi barang, tetapi tidak cukup panjang untuk mengembangkan kapasitas atau masuk pasar bagi perusahaan baru, sehingga out put hanya dapat dikembangkan sebatas kapasitas yang ada, bentuk kurva penawaran Unity. The Long Run, adalah suatu periode waktu yang sangat panjang bagi perusahaan baru untuk masuk kedalam pasar dan bagi perusahaan lama untuk membuat perencanaan untuk pengembangan perusahaan yang lebih memungkinkan untuk menyesuaikan diri dengan perobahan harga, bentuk kurva penawarannya lebih elastis, 3.2. Cara Menghitung Elastisitas Permintaan Secara garis besar ada dua cara dalam mengukur besaran elastisitas permintaan, yaitu : (1) Elastisitas Titik (Point elasticity) Cara ini digunakan untuk mengukur elastisitas yang perubahan harga dan jumlah yang diminta relatif sangat kecil atau limit mendekati nol, hal ini dapat dibuktikan, (1) Elastisitas Busur (Art Elastisity) Cara kedua ini digunakan untuk mengukur perubahan harga dan jumlah permintaan yang besar. Cara penghitungan ini terbagi dalam dua bentuk : a. Elastisitas Jarak. Suatu cara mengukur elastisitas yang besar, tetapi bersifat searah, seperti diukur dari titik A ke titik B tidak sama besar hasilnya bila diukur dari titik B ke titik A. a. Elastisitas Jarak dengan Modifikasi / mid point; Suatu cara dalam mengukur besaran elastisitas tanpa memperhatikan arah, apakah dimulai dari titik A ke titik B atau sebaliknya, dimana cara ini tidak akan ada perbedaan dari hasilnya, tujuan dari metode perhitungan ini adalah untuk mengatasi kelemahan pada cara pengukuran jarak (a). 3.2. Elastisitas dan Penerimaan Elastisitas berhubungan dengan reaksi jumlah barang terhadap perubahan harga, pada suatu kurva permintaan atau penawaran tertentu. Elastisitas perlu diketahui oleh penjual sebab; jika jumlah barang besar reaksinya terhadap perubahan harga, maka suatu penurunan harga akan menaikkan jumlah pengeluaran konsumen untuk barang tersebut, berarti juga menaikkan penghasilan. Jika jumlah barang tidak ada atau kecil reaksinya terhadap perubahan harga, maka penurunan harga hanya akan menurunkan jumlah penghasilan yang diterima penjual dari penjualan barang tersebut. Bagi penjual yang penting adalah hubungan antara perubahan harga, elastisitas dan jumlah penerimaan penjual, jika kuantitas dikalikan dengan harga per unit, maka akan menghasilkan jumlah penerimaan, karena total penerimaan dari penjualan dalam suatu pasar adalah sama dengan harga produk kali dengan harga barang yang dijual (TR = P x Q). Koefisien dari elastisitas permintaan dapat dipakai untuk meramalkan apa yang akan terjadi terhadap total penerimaan dari penjualan; apa yang akan terjadi dengan total pengeluaran konsumen bila harga berobah. Sepanjang kurva permintaan, Harga dan Quantitas barang akan selalu bergerak berlawanan arah, suatu penurunan harga (p) akan memberikan total penerimaan yang lebih rendah dan suatu kenaikkan kuantitas (Q) akan menaikkan total penerimaan (TR). Apa yang sesungguhnya terjadi terhadap Total Penerimaan, tergantung kepada reaksi permintaan terhadap perobahan harga barang. Pada permintaan yang elastis, maka penurunan harga mengakibatkan persentase kenaikkan kuantitas yang dijual melebihi persentase turunnya harga, sehingga akan menyebabkan kenaikkan jumlah penerimaan. Pada permintaan yang in elastis, maka suatu penurunan harga akan memberikan kenaikkan kuantitas yang terjual relatif lebih kecil daripada penurunan harga, sehingga jumlah penerimaan penjual menjadi turun. Pada permintaan yang unitari, maka persentase kenaikan kuantitas akan sama dengan persentase harga, dan jumlah penerimaan penjual akan tetap tidak berubah jika terjadi kenaikkan harga dan sebaliknya. Oleh karena itu, seorang penjual yang akan merubah harga harus memperhatikan elastisitas permintaan setiap tingkat harga tersebut. Jadi berobahnya total penerimaan (TR) dapat memberikan cara yang cepat, untuk meneliti apakah suatu titik berada pada titik elastis, in elastis dan unitari, dengan cara : a) Bilamana P diturunkan dan TR menurun pula, maka permintaan adalah inelastis, atau jika P dan TR bergerak arah yang sama, maka Eh < 1; b) Bilamana P diturunkan dan menyebabkan TR meningkat, maka permintaan adalah elastis, atau jika P dan TR bergerak berbeda arah, maka Eh > 1;

c) Bilamana P dinaikkan atau diturunkan, sedangkan TR sama saja, maka permintaan bersifat elastis kesatuan (unity) atau jika TR tidak berobah, ketika P berobah, maka Eh = 1.



Jadi ada dua cara untuk menentukan apakah permintaan tersebut adalah Elastis, In elastis atau Unity, yaitu cara :

1) Metode Perhitungan Koefisien Elastisitas harga dari permintaan yang diperoleh dari informasi P dan Q.

Observasi apa yang akan terjadi terhadap Total Penerimaan/Total Revanue (TR), apabila P berobah dan pengujian total penerimaan (Total Revanue Test), tapi cara kedua ini tidak memberikan suatu nilai koefisien.


Sumber:
http://faizulmubarak.wordpress.com/2009/11/04/bab-iii-konsep-elastisitas-penawaran-dan-permintaan/

Recent Post